Pengaruh Budaya Barat terhadap Budaya Indonesia

| Rabu, 11 Februari 2015
Pengaruh budaya Barat terhadap budaya Indonesia yang dilihat dari unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjoroningrat sebagai berikut :
a.      Sistem Religi
Religi adalah bagian dari kebudayaan disebabkan karena saya telah menganut suatu konsep yang untuk sebagian berdasarkan konsep E. Durkheim mengenai dasar-dasar religi yang pernah dibentangkan olehnya dalam bukunya yang terkenal, Les Formes Elementaires de la Vie Religieuse (1912). Konsep yang saya anut bahwa setiap religi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat komponen yaitu :
1.      Emosi Keagamaan
2.      Sistem Keyakinan
3.      Sistem ritus dan Upacara
4.      Umat atau kesatuan sosial.
Kebudayaan Indonesia sangatlah beragam, begitu pula pada sistem kepercayaan atau agama. Pada zaman dahulu rakyat Indonesia menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, banyak rakyat yang menyembah benda-benda mati, mereka mengangap bahwa benda mati memiliki kekuatan spiritual dan roh-roh leluhur seperti pohon besar yang menyimpan kekuatan besar, mereka melakukan berbagai ritual untuk menyembah benda- benda mati tersebut yang mereka anggap memilikai kekuatan Gaib. Kepercayaan Animisme dan dinamisme hilang seiring perkembangan zaman dan peradaban manusia dari berbagai negara. Dengan adanya proses peradaban melalui berbagai jalur, salah satunya jalur perdagangan. Banyak para pedagang yang berasal dari berbagai negara seperti Gujarab, Arab, Persia dan lain-lain. Merekan mengenal agama seperti agama hindu, budha, katholik, kristen dan Islam. Pola pikir mereka berubah seiring dengan perkembanagn zaman dan keyakinan yang mereka anut. Dan di negara Indonesia menetapkan ada beberapa agama yang dipersetujui pemeritah di antaranya islam, kristen, katholik, hindu, budha, dan khong hu chu.
b.      Sistem Pengetahuan
Barat dalam pikirannya cenderung menekankan pada dunia obyektif dari pada rasa sehingga hasil pola pemikiran demikian membuahkan sains dan teknologi. Filsafat Barat telah di pusatkan pada dunia rasio. Oleh karenanya, pengetahuan mempunyai dasar empiris yang kuat. Demikian pula dalam tradisi agama barat, dunia empiris memiliki arti ( Harold, Marilyn dan Richard, 1979 ). Dalam cara berfikir dan hidupnya lebih terpikat oleh kemajuan material sehingga tidak cocok dengan cara berfikir untuk meninjau makna dunia dan makna hidup. Barat hidup dalam dunia teknis dan ilmiah, maka filsafat tradisional dan pemahaman agama muncul sebagai sistemik ide-ide asprak tanpa hubungan dengan yang nyata dan praktek hidup.
Menurut To Thi Anh ( 1975 ) ada tiga nilai penting dalam mendasari nilai Barat yaitu martabat manusia, kebebasan, dan teknologi. Bangsa timur menggap negara barat itu negara kebebasan, segala sesuatau mungkin terjadi. Hal ini di mulai dari sosialisasi anak yang di biarkan untuk membentuk dunianya sendiri dan mengembangkan bakatnya sendiri. Spontanitas lebih dihargai dan individu bebas dari tekanan dan campur tangan dari orang lain. Akhirnya kebebasab itu diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan sosial, politik, kebudayaan, dan ekonomi. Tradisi kebebasan ini menimbulkan rasa percaya diri dan kemampuan serta menghilangkan status sosial.  Teknologi barat ]membikin kagum dan iri bangsa timur. Tidak sedikit negara timur menjadi korban poenjajahn teknologi barat karena rasa kagum inifilsafat terdiri diatas kaki sendiri tidak tahan terhadap godaan dan tantangan teknologi barat sehingga tunduk teknologi. Hasil teknologi barat melebihi kebutuhan manusia, bahkan menganggu kepentingan manusia karena terlalu cepat sampai kedepan (Alfin Topler  menyebutkan future shock) . Kecepatan teknologi barat sulit diikuti imajinasi sehingga banyak benda yang dimusiumkan. Di barat tidak sedikit manusia yang dikuasai oleh perubahan ternologi sehingga menimbulkan dampak kehilangan arah, hilang kepercayaan terhadap diri sendiri terhadap nilai-nilai dan iman timbul kecemasan dan tekanan hidup acuh tak acuh dan terganggu kesehatan mental. Akibat teknologi yang terjadi menimbulkan nilai eksitensi secara serempak juga merendahkan martabat manusia, yang menjadi ukuran dalam budaya teknologi sekarang adalah kultur orang, kualitas (produksi yang melimpah), kultur buatan (artifisial), kontrol menyeluruh (kemahakuasaan sistem). Kemajuan teknologi menghasilkan dinamisme , perencanaan, organisasi,  manajemen, keberanian berusaha, penguasaan materi, dan sekaligus menggerogoti kehidupan sosial dan pribadinya menurut ( Tho Thi Anh, 1974).
Di dunia Barat orang lebih condong menekankan dunia empiris sehingga mereka maju dalam bidang sains dan teknologi. Sangat berbeda jauh dengan negara timur seperti halnya negara Indonesia. Budaya timur pada intinya bersumber dari agama-agama yang lahir di dunia timur. Mereka berfikir tidak bertujuan menunjang usaha-usaha manusia untuk menguasai dunia dan hidup secara teknis , sebab masyarakat timur menyukai intuisi dari pada akal dan budi. Intinya keribadian manusia timur tidak terletak pada inteleknya melainkan pada hatinya. Secara garis besar mereka menghayati kehidupan tidak hanya dengan otaknya.  Pemikiran timur lebih menekankan segi dalam dari jiwa, dan realitas di belakang dunia empiris dianggap sebagai suatu yang hanya lewat dan bersifat khayalan. Timur lebih menekankan pada disiplin mengendalikan diri, sederhana , tidak mementingkan dunia, bahkan menjauh diri dari dunia. Sesuatu yang baik menurut dunia timur tidak hanya terdapat dalam benda dunia, tidak memanipulasi alam, mengubah masyarakat dan mencari kesenangan bagi dirinya . akan tetapi, yang baik diperoleh melalui pencarian zat yang satu, dan dalam diri kita atau di luarnya.
Masyarakat Indonesia salah satunya yang masih berpegangan pada Kebudayaan timur, masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan yang masih rendah. Dilihat dari segi pendidikan Indonesia masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi kualitas pendidik, sarana prasarana, dan pemerataan pendidikan yang masih menemui berbagai kendala. Masih di temukan banyak anak-anak Indonesia yang putus sekolah bahkan tidak sekolah, itulah salah satu cermin bahwa Indonesia merupakan negara yang masih harus di benahi atau di perbaiki. Coba di bandingkan dengan Masyarakat Barat misalnya Amerika, disana pendidikan sangat diperhatiakan dan di jamin oleh pemerintah, sarana prasarana terjamin, pendidik yang profesional dll.
c.       Sistem organisasi masyarakat
Menurut F.H.L Hsu ( lihat karanganya : psychological Homeostatis and jen”.American Anthropologist, 73, 1971 :hlm. 23-44 ) ahli antropologi, psikologi, filsafat. Kesusastraan China Klasik mengajukan gagasan bahwa makhluk manusia mempunyai suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan rohaninya, yaitu orang-orang atau hal-hal yang menjadi subjek dari perasaan intim serta karib, dan bisa menjadi tujuan dari perasaanya yang berbakti. Baru kalau ada “ masyarakat hubungan karib “  dalam kehidupan rohaniah manusia, maka jiwanya hidup dalam suatu kesimbangan yang selaras, yang oleh Hsu di sebut keseimbangan homeostatis psikologi (psychological Homeostatis) .
Semua manusia yang lahir didunia, dimulai dari orang tua dan saudara sekandungnya. Inilah yang disebut “masyarakat hubungan karib” bentuk awal dari hubungan manusia. Dalam masyarakat yang bersuku bangsa di Indonesia dan dalam semua masyarakat dalam Asia (Bangsa Timur ) orang tua dan saudara-saudara itu akan menjadi “masyarakat karib” selama individu yang bersangkutan itu masih hidup. Orang-orang tersebut akan menjadi objek dari rasa kemesraanya, dalam masa kesulitan dan tekanan batin, maka orang-orang tadi itulah yang menjadi tempat berlindung dan sumber pertolongan pertama.  Di dalam masyarakat Barat “ masyarakat karib” dari tiap individu pada mula-mulanya juga akan terdiri dari orang tua serta saudara-saudara sekandungnya. Walaupun demikian , pada saat menginjak usia dewasa setiap individu akan memisahkan diri dari “ masyarakat inti “ mereka akan mencari orientasi dan menjalani jalan hidupnya sendiri. Terdapat suatu konsepsi yang mereka anggap memiliki nilai yang amat tinggi dan merupakan tema pokok dari nilai individualisme di dunia Barat, yaitu konsepsi bahwa “ Manusia yang sejati adalah manusia yang bisa mencari suatu hal sama sekali atas kemauanya sendiri”. Bagi manusia Barat yang sejati, itulah hidupnya yang harus dilakukannya pada saat mereka merasa sudah dewasa.
Demikian menurut Hsu sumber dari sikap kegigihan bangsa Barat terhadap hidup itu tak lain adalah tidak adanya sekelompok manusia yang secara otomatis dapat dianggap sebagai “lingkungan karib” itu. Mereka harus mencari itu dengan sendirinya dengan kegigihan mengeksplorasi lautan, benua-benua, meneliti alam, zat-zat atau hidup dalam laboraturium, mereka mengorbankan dirinya untuk kemanusiaan. Kegigihan hidup untuk mencari “ lingkungan karib “ sudah menjadi sikap hidup bagi manusia Barat, yang di bawanya kemana-mana. Itulah rahasia kesuksesan manusia Barat, ketika mereka berhasil maka mereeka akan benar-benar sukses, sebaliknya jika mereka gagal maka mereka akan sengsara.
Menurut Hsu, manusia Timur tidak memiliki sikap gigih seperti manusia Barat, karena salah satu kebutuhan pokok yaitu “lingkungan karib” tadi sudah ada secara otomatis, tidak perlu adanya usaha yang gigih untuk mencarinya, mereka hidup mengembangkan dengan selaras, puas, dan bahagia dengan apa yang dimilikinya, menikmati keindahan hidup sekitarnya, atau kalau hidup itu tidak indah melainkan penuh dosa dan kesengsaraan, maka sikap orang Indonesia itu adalah untuk tetap mencoba dan melihat unsur-unsur keindahan dalam kesengsaraan itu.
d.      Kesenian
Dari segi kesenian Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai seni baik seni musik, seni tari, seni teater dll. Salah satu seni yang sering di tampilkan di dunia adalah seni tari tradisional. Di indonesia memiliki berbagai macam jenis tari di setiap daerah di Indonesia. Misalnya tari Gambyong yang berasal dari Jawa Tengah dimana tari ini memiliki gerakan yang lemah gemulai dan di  iringi dengan lagu daerah yang memiliki ritmik santai. Tetapi pada kenyataanya kesenian ini jarang diminati, banyak faktor yang melatar belakangi ketidak sukaan atau minat masyarakat Indonesia seperti kuno atau ketinggalan zaman, sulit dll. Mereka lebih tertarik pada kesenian luar negeri atau dunia barat seperti Dance, Salsa dll. Mereka menggap bahwa tarian-tarian itu lebih menyenangkan dan lebih energik serta lebih modern. Untuk itu banyak anak muda Indonesia lebih memilih kesenian dari luar itu di bandingkan dengan kesenian yang dimiliki oleh negaranya sendiri.


e.       Mata pencaharian
Dari segi pencaharian masyarakat Indonesia kebanyakan bekerja sebagai petani, karena Indonesia merupakan negara yang agraris (sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah pertanian). Selain itu masyarakat Indonesia juga bekerja sebagai nelayan karena Indonesia dikelilingi oleh lautan yang luas dan memiliki hasil perikanan yang melimpah. Berbeda jauh dengan mata pencaharian manusia Barat yang kebanyakan dari mereka bekerja di kantor-kantor yang memiliki gedung-gedung besar.
Seiring dengan perkembangan zaman masyarakat Indonesia lebih meminati pekerjaan di kantor dibandingkan dengan bekerja sebagai petani. Semua itu dapat dilihat dari segi industri yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, banyaknya pabrik-pabrik dan kantor-kantor besar yang berada di Indonesia. Masyarakat Indonesia beranggapan bahwa dengan bekerja di kantor-kantor besar kehidupan dan kebutuhan mereka akan lebih terjamin dibandingkan dengan bekerja sebagai petani yang harus susah payah bekerja tetapi hasilnya sedikit dan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
f.       Bahasa
Sudah menjadi anggapan umum bahwa dalam perkembangan suatau peradaban, peranan bahasa pada umumnya sangat dominan, dan khususnya fungsi bahasa tertulis. Dalam Homo Pictus (simbolicus) kode- kode sebagai abstraksi dari realitas atau informasi tentang realitas itu merupakan alat utamanaya. Fungsi bahasa sebagai media komunikasi sedemikian esensial bagi proses pembudidayaan segala sesuatu dalam eksistensinya sebagai makhluk berbudi, sehingga seluruh pembendaharaan kebudayaan bangsa mengendap dalam bahasa. Bahsa sebagai gejala kultural yang utama bukanya semata- mata berfungsi sebagai media komunikasi, tetapi juga menjadi wahana pembudidayaan tiga dimensi kebudayaan diatas. Bahkan di bidang estetika, bahasa dibudidayakan untuk menjadi bentuk ekspresi dari perasaan estetis. Disini perlu disadari benar- benar perlu pembudidayaan bahasa, sehingga alam pikir manusia dapat dijinakkan. Sebab kekeliruan atau kekacauan pikiran serta bahasa akan mengacaukan dan mengaburkan alam pikiran serta gambaran tentang realitas yang dihadapinya.
Indonesia juga memiliki alat komunikasi atau bahasa nasional  yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialeg bahasa melayu. Sudah berabad- abad bahasa melayu dipakai sebagai alat penghubung antara penduduk Indonesia yang mempunyai bahsa yang berbeda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam kongres pemuda bahsa melayu diubah menjadi bahsa Indonesia yang diikrarkan pada sumpah pemuda sebagai bahasa pemersatu atau bahasa nasional. Dalam era globalisasi sekarang ini, bahasa Indonesia mendapat saingan berat dari bahasa Inggris. Semakin banyak orang Indonesia yang belajar yang menguasai bahas Inggris, yang tentu sajamerupakan hal positif dalam rangka pengembanagan ilmu dan teknologi. Akan tetapi ada gejala semakin mengecilnya perhatian orang terhadap bahsa Indonesia. Tampaknya orang lebih bangga memakai bahasa Inggris dari pada bahasa Indonesia, bahasa Indonesia yang dipakai juga banyak dicampur dengan bahsa Inggris, kekurang pedulian terhadap bahasa Indonesia akan menjadikan tantanagn yang sangat berat dalam pengembangan bahasa Indonesia.
g.      Teknologi dan Peralatan
Budaya zaman dahulu dengan budaya zaman sekarang, sangat berbeda sekali. Untuk melakukan sesuatu pekerjaan kita menggunakan bahan seadanya. Misalnya dari batang kayu, ranting dsb. Tetapi sekarang kita tidak perlu melakukannya, karena pada zaman sekarang teknologi semakin canggih, sehingga kita tidak perlu repot-repot melakukan pekerjaan yang kita anggap berat atau menyusahkan.
Dulu jika kita ingin mengirim surat, kita harus menyiapkan kertas, pulpen, amplop, lem dan perangko. Kemudian kita menulisnya dengan tangan,lalu memasukkannya kedalam amplop dan menuliskan alamat yang dituju yang disertakan perangko. Setelah itu kita pergi ke kantor pos untuk mengirimnya. Agar surat itu sampai ke orang yang kita tuju, harus memakan waktu hingga 3 hari. Beda halnya dengan zaman sekarang, untuk mengirim surat, kita bisa mengirim lewat email dengan memakan waktu beberapa menit saja sampai kepada orang yang kita tuju. Itulah canggihnya teknologi pada abad 21 sekarang ini. Tidak hanya mengirim surat yang menjadi instan, tetapi semuanya yang kita kerjakan pasti dibantu dengan teknologi. Walaupun teknologi sangat membantu kita dalam melakukan apa saja, tetapi banyak sekali negatifnya dalam budaya zaman sekarang:
1.      Budaya zaman dahulu orang-orangnya sangat rajin, tetapi pada saat budaya zaman sekarang orang-orang sangat ketergantungan pada teknologi sehingga menimbulkan rasa malas pada dirinya. Karena mereka beranggapan dengan menggunakan teknologi tidak perlu lagi mengeluarkan tenaga dan pikirannya.
2.      Selain rajin, orang-orang dulu sangat bersosialisasi bertemu dan bergabung dengan lingkungannya. Sekarang untuk bersosialisasi dan bergabung tidak perlu bertemu. Cukup dengan menggunakan teknologi maka bisa bersosialisasi. Ini menyebabkan orang-orang zaman sekarang lebih suka menyendiri dan tidak mau bergabung dengan yang lain (individualisme)
3.      Masalah lapangan pekerjaan. Dengan semakin canggihnya teknologi, semakin sedikit pula lapangan pekerjaan untuk orang-orang karena sudah tergantikan oleh teknologi. Ini berakibatkan menimbulkan kemiskinan yang semakin banyak.

Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Budaya Timur.Komunikasi adalah salah satu unsur penting di dalam kehidupan, apa lagi manusia adalah mahluk social. Manusia sekarang sudah semakin mudah dalam berkomunikasi. Ternyata arus informasi ini berdampak besar pada kehidupan kita. Lihat saja kehidupan pemuda sekarang. Dulu, berciuman bibir-ketemu-bibir dapat dikatakan sangat tabu. Seiring perkembangan jaman budaya berciuman bibir-ketemu-bibir, bak kacang kapri yang dapat ditemui di setiap warung, bahkan menjadi makanan favorit mungkin. Sedikit demi sedikit jika kita tidak bisa membentengi diri dengan memperkuat dimensi budaya kita, mungkin budaya kita nilai-nilainya akan tergeser.

1 komentar:

Next Prev
▲Top▲