A.
Bahasa
Sebagai salahsatu hal terpenting
dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa merupakan suatu kebutuhan yang tidak
dapat dipisahkan dari para pelaku kehidupan. Begitu juga dengan masyarakat di
Bali. Masih menjunjung tinggi kebudayaan asli, masyarakat disana masih
menggunakan bahasa Bali pada kesehariannya. Keberadaan
bahasa Bali memiliki variasi yang cukup rumit karena adanya sor-singgih yang ditentukan oleh pembicara, lawan
bicara, dan hal-hal yang dibicarakan. Secara umum, variasi bahasa Bali dapat
dibedakan atas variasi temporal, regional, dan sosial. Dimensi temporal bahasa
bali memberikan indikasi kesejarahan dan perkembangan bahasanya meski dalam
arti yang sangat terbatas. Secara temporal bahasa Bali dibedakan atas bahasa
bali Kuno yang sering disebut deengan bahasa Bali Mula atau Bali Aga,
bahasa Bali Tengahan atau Kawi Bali, dan bahasa Bali Keparayang
sering disebut Bali Baru atau bahasa Bali Modern. Secara regional, bahasa Bali
dibedakan atas dua dialek, yaitu dialek Bali Aga (dialek
pegunungan) dan dialek Bali Dataran (dialek umum, lumrah) yang masing-masing
memiliki ciri subdialek tersendiri. Berdasarkan dimensi sosial, bahasa Bali
mengenai adanya sistem sor-singgih atau tingkat tutur bahasa Bali yang
erat kaitannya dengan sejarah perkembangan masyarakat Bali yang mengenal sistem wangsa (warna), yang dibedakan atas golongan triwangsa (Brahmana, Ksatriya, Wesia) dan golongan Jaba atauSudra (orang
kebanyakan). Berdasarkan strata sosial ini, bahasa Bali menyajikan sejarah
tersendiri tentang tingkat tutur kata dalam lapisan masyarakat tradisional di
Bali. Di sisi lain, dalam perkembangan masyarakat bali pada zaman modern ini
terbentuklah elite baru yang termasuk kelas kata yang tidak lagi terlalu
memperhitungkan kasta. Elite baru (golongan pejabat, orang kaya) selalu
disegani dan dihormati oleh golongan bawah dan ini tercermin pula dalam
pemakaian bahasanya. Bahasa Bali juga digunakan selain di Bali, juga di Mataram
bagian barat dan Jawa bagian Timur seperti Banyuwangi.
B. Sistem Pengetahuan
Masyarakat bali sudah dapat
dikatakan maju dalam bidang pengetahuan. Arif memanfaatkan sumber daya sumber
daya yang ada, menjadikan masyarakat Bali jauh lebih bijak dan kreativ dalam
pengolahan sumberdayanya melalui pengetahuan. Salah satu bukti nyata majunya
pengetahuan masyarakat di Pulau Bali dapat dilihat pada sistem persawahan yang
ada di sekitar pedesaan di Bali. Tercatat sejak abad ke – 11 semua petani yang
lahannya diairi oleh saluran irigasi yang sama menjadi satu kelompok kerja
irigasi atau termasuk dalam satu Subak. Merupakan sebuah lembaga adat yang
mengatur pembangunan dan pemeliharaan bangunan pengairan, suplai air irigasi
yang didistribusikan secara adil, merata sehingga tidak pernah ada perselisihan
dalam pembagian irigasi air. Selain pengaturan irigasi air, subak juga mengatur
penanaman benih dan pemindahan benih sampai benih siap untuk ditanam secara
optimal. Secara tradisi, kepala subak memiliki sawah yang terletak dipaling
bawah, sehingga air irigasi mengalir terlebih dahulu ke sawah lain baru ke
sawah kepala Subak. Untuk menjaga keharmonisan dalam Subak, segala sesuatu
kegiatan yang akan dilaksanakan harus melalui sistem perizinan serta penyerahan
persembahan. Subak membuktikan kemajuan pengetahuan masyarakat Bali dengan
manfaat, untuk kelancaran air sehingga terhindar dari erosi, menghindari hama
Nilaparphata ligens, menjamin sumber daya air tidak terkontaminasi racun,
kalender kegiatan pertanian diseragamkan, efisien penggunaan sumberdaya alam,
memutus hama, dan integrasi kebudayaan.
C. Organisasi
Sosial
Dasar-dasar pokok sistem sosial
kemasyarakatan orang Bali menurut Geria (2000:63) bertumpu pada empat landasan
utama, yaitu kekerabatan, wilayah, agraris, dan kepentingan khusus. Ikatan
kekerabatan telah membentuk sistem kekerabatan dan kelompok-kelompok
kekerabatan. Sistem kekerabatan masyarakat Bali umumya berlandaskan prinsip
patrilineal. Kelompok-kelompok kekerabatan merentang dari unit terkecil, yaitu
keluarga inti, meluas ke unit menengah keluarga luas, sampai dengan klan
patrilineal. Ikatan kesatuan wilayah terwujud dalam bentuk komunitas desa adat
dengan sub-sistemnya banjar-banjar. Dalam bidang kehidupan agraris berkembang
organisasi subak. Selanjutnya, dalam ikatan kelompok-kelompok kepentingan
khusus terwujud sebagai organisasi seka (organisasi kepemudaan yang lebih condong ke
pemahaman kehinduan dan keagamaan).
D.
Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Selain menunjukan kemajuan dalam
bidang pengetahuan, Subak dalam peradaban Bali juga menunjukan sebuah kemajuan
teknologi yang sudah maju. Terbukti struktur pembuatan terasering di sawah Bali
sangat tertata rapi, sistematis. Juga tercermin dalam pengaturan tata letak
ruang dan bangunan, yang dimulai dari gapura, lalu paling depan ada pura,
hingga ke rumah utama serta ruangan ruangan lain yang memiliki simbol dan
filosofi sendiri. Sistem peralatan hidup di Bali juga tercermin dari penemuan
peninggalan gerabah Arikamedu dari India. Yang dapat dikatakan bahwa sistem
peralatan hidup di Bali sudah modern.
E.
Sistem Mata Pencaharian
Berdasarkan temuan prasasti yang
diperoleh dari peninggalan zaman kerajaan Hindu Bali Kuna, dijelaskan dalam
prasasti tersebut bahwa masyarakat Bali kuna bermata pencaharian sebagai petani
atau bercocok tanam. Prasasti dari raja Marakata diungkapkan istilah amabaki
(buka tanah), mluku (membajak), atanem (menanam padi), amantum(menyiangi),
ahani (menuai), anutu (menumbuk). Walaupun konsep tatanan sumber mata
pencaharian masyarakat Bali saat ini sudah jauh berkembang meskipun tidak
meninggalkan konteks pertanian. Misal di Bedugul Kabupaten Tabanan, warga
disana bercocok tanam, bukan hanya padi tapi juga sayur mayur, bunga, buah
serta beternak sapi dan babi. Di dataran rendah seperti di dekat laut Kuta, Seminyak,
Jembrana masyarakatnya juga menjadi nelayan. Lalu Ubud di Kabupaten Gianyar
sebagai pusat kerajinan dan peristirahatan masyarakatnya mengandalkan sektor
pariwisata yakni menjual souvenir handycraft, membuka penginapan. Di Kabupaten
Klungkung menjadi coach diving, usaha spa hotel rumah makan serta pengusaha
pariwisata lain terletak di Kabupaten Badung.
F. Sistem Religi
Masyarakat
Pulau Bali sudah sejak dulu terkenal sebagai penganut agama Hindu. Konsep ini
sudah ada sejak turun temurun nenek moyang masyarakat Bali. Pokok ajaran Hindu
adalah ketercapaian keseimbangan dan kedamaian hidup secara lahir batin. Konsep
Ketuhanan Hindu mempercayai Tuhan dalam 3 wujud atau TRIMURTI yakni Brahmana,
Wisnu, Siwa. Selain itu Hindu menganggap hal penting yaitu Atman
: roh yang abadi, Karmapala : buah dari setiap perbuatan, Purnabawa : kelahiran
kembali jiwa. Tempat ibadah agama Hindu disebut pura. Masing masing pura
memiliki sifat sendiri. Pura Besakih sifatnya umum untuk semua golonga, Pura
Desa (kayangan tiga) khusus untuk kelompok sosial setempat, Sanggah khusus
untuk leluhur. Tiap kawasan di Bali pasti memiliki Pura. Dan tentunya masing
masing Pura memiliki makna filosofi sendiri. Juga perayaan tiap Pura berbeda
sesuai tanggalan kalender Hindu – Jawa :
1) Tanggal Hindu
Tanggalan
Hindu–Bali terdiri atas 12 bulan yang lamanya 355 hari. Sistem perhitungan
dengan sistem Hindu disebut Syuklapaksa. Tahun baru Saka (Nyepi) jatuh pada
tanggal satu bulan kesepuluh.
2) Tanggal
Jawa–Bali
Tanggalan
Jawa–Bali terdiri atas 30 wuku. Tiap wuku terdiri atas tujuh hari. Perayaan
yang didasarkan atas perhitungan penanggalan Jawa-Bali misalnya hari raya
Galungan dan Kuningan. Selain itu juga digunakan untuk upacara-upacara sebagai
berikut.
a)
Manusia yadnya, adalah upacara siklus hidup masa anak-anak sampai dewasa.
b)
Dewa yadnya, adalah upacara pada kuil-kuil umum dan keluarga.
c)
Resi yadnya, adalah upacara pentahbisan pendeta (mediksa).
d)
Buta yadnya, adalah upacara untuk kala dan buta yaitu roh-roh penunggu.
G.
Kesenian
Sudah sangat mendunia bahwa Bali
merupakan suatu kawasan yang tidak salah jika dikatakan lengkap. Berisi
keragaman hayati, panorama yang memukau mata dunia, kearifan budaya lokal,
serta tentu kesenian yang juga sudah diakui mata internasional. Berbicara
kesenian Bali tidak akan pernah ada habisnya, karena banyak kesenian yang ada
dimodifikasi oleh seniman seniman lokal Bali yang menambah ragam kesenian asli
Bali. Seni lukis, seni pahat, seni gerabah, seni musik, seni tari. Pelukis ada
Wayan Asta, Nyoman Daging, Gusti Ngurah Kwanji. Seni tari dari Bali yang sudah
mendunia diantaranya tari Pendet oleh I Wayan Rindi pada 1967, tari Marga Pati
oleh Nyoman Kaler pada 1942, tari Trunajaya oleh I Gede Manik. Serta tari
Barong yang semua orang pasti sudah tau, menceritakan tentang kekuatan baik dan
buruk yang disimbolkan dengan hewan hewan hutan.
Bagus nihh, Kebudayaan di Indoesia seperti nya harus tetap terjaga seperti salah satu nya di Bali ini
BalasHapushttp://www.marketingkita.com/2017/08/pengertian-pemasaran-dalam-ilmu-marketing.html