IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANAK USIA
SEKOLAH DASAR
Disusun Oleh:
Muhammad Sucahyo (A510120235)
Selvameidha Q P (A510120204)
Lilis Ambar Wiratmi (A510120214)
Esti Nur S (A510120211)
Tutut Anita Sari (A510120222)
Kuncoro (A510120225)
Maya Exsanti (A510120226)
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
MASALAH.
Pemahaman dasar mengenai karakteristik peserta didk
sangat penting untuk dipetimbangkan dalam proses pembelajaran karena setiap
mata pelajaran mempunyai tujuan yang
harus dicapai. Itulah sebapnya perkembangan peserta didik khususnya mengenai
implementasi pendidikan anak usia sekolah dasar harus diberikan sebagai pedoman
dalam melakukan pembelajaran agar mendapatkan hasil yang lebih baik.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah perkembangan peserta didik. Pembahasan ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai implementasi pendidikan anak usia sekolah dasar, sehingga
dapat meningkatkan kualitas guru maupun calon guru sekolah dasar.
- RUMUSAN MASALAH
Rummmusan dari penulisan makalah ini :
- apa sajakah karakteristik anak usia sekolah dasar?
- Apa saja tugas tugas guru dalam mengembangkan perkembangan anak usia
SD dan implikasinya dalam pendidikan?
- Bagaimana penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia SD?
- TUJUAN.
Tujuan dari
makalah ini sebagai berikut :
- kita dapat mengetahetahui apa itu implementasi bagi anak usia
sekolah
- kita dapat mengetahui pengertian karakteristik
anak usia sekolah dasar.
- kita dapat menjelaskan berbagai
tugas seorang guru dalam mengembangkan anak usia dini dan implikasi dalam
sebuah pendidikan
- kita dapat menyelenggarakan pendidikan yang baik bagi anak usia dini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik
Anak Usia Dasar (SD)
Menurut Sumantri dan
Nana Syaodih (2006) karakteristik anak pada usia SD adalah :
1. Senang
bermain
Pada
umumnya anak SD terutama kelas rendah itu senang bermain namun perlu juga di
pahami, bahwa pembelajaran di SD tidak selalu menunjukkan permainan, tapi perlu
pembelajaran yang serius, santai dan menyenangkan.
2. Senang
bergerak
Anak
SD masih senang untuk bergerak dan pindah tempat duduk walau dalam kelas. Oleh sebab
itu seorang guru dalam rancanagn pembelajaran perlu mempertimbangkan
karakteristik anak yang masih senang bergerak.
3. Senang
bekerja dalam kelompok
Melalui pergaulan dengan kelompok sebaya anak
belajar aspek penting sosialisasi seperti :
a. Belajar
memenuhi aturan kelompok
b. Belajar
setia kawan
c. Belajar
mandiri
d. Mempelajari
perilaku yang dapat di terima lingkungan
e. Belajar
menerima tanggung jawab
f. Belajar
bersaing secara sehat
g. Belajar
kekompakan
h. Belajar
keadilan dan demokrasi.
4. Senang
merasakan atau melakukan sesutu secara langsung
Berdasarkan teori psikologi perkembangan anak SD
memasuki tahap operasi konkrit. Pada masa ini anak belajar membentuk konsep
tentang angka, ruang, waktu, fungi badan, peran jenis kelamin, moral dsb. pembelajaran
di SD akan cepat di pahami apabila anak dilibatkan langsung melakukan atau
praktik yang di ajarkan guru.
B. Tugas – Tugas Perkembangan Anak
Usia SD dan Implikasinya Dalam Pendidikan
Manusia
selama hidup dan kehidupannya mengalami tahap perkembangan. Setiap tahap
menunjukkan karakteristik dan kebutuhannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka
setiap individu mempunyai tugas – tugas perkembangan untuk memenuhinya.
Perincian tugas – tugas
perkembangan anak SD menurut Havigust (1961) dan implikasinya terhadap
pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran
keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan sehari – hari .
Siswa SD dituntut untuk menguasai
keterampilan fisik antara lain :
keterampilan dalam menangkap, melempar, menendang, berguling, dll.
Memperhatikan karakteristik keterampilan fisik tersebut maka tugas perkembangan
anak pada usia SD adalah mengembangkannya. Melalui pembelajaran yang
berorientasi pengembangan keterampilan fisik dapat mengembangkan pula rasa
solidaritas diantara teman sebaya.
2. Membangun
keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh.
Pada umumnya anak usia SD telah terjadi
pertumbuhan fisik secara pesat. Anak SD sudah waktunya mulai dikenalkan
pendidikan seks baik dari pihak sekolah maupun keluarga, dengan harapan anak
tidak mengarah pada pergaulan bebas. Sekolah hendaknya memperhatikan kesulitan
dan permasalahan siswa serta memberikan bimbingan dan konseling baik secara
individual maupun kelompok. Hal ini bertujuan agar anak mencapai keutuhan dan
keseraian sikap dirinya sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh secara
optimal.
3. Belajar
bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
Anak
pada usia SD mulai belajar tidak bergantung pada lingkungan keluarga. Proses
pembelajaran dalam memasuki kelompok sebaya merupakan proses pembelajaran “
kepribadian sosial ” yang sesungguhnya. Anak belajar bagaimana memerlakukan
teman – teman secara bersahabat, bermain jujur dalam bermain dan sebagaiya.
Pemenuhan tugas perkembangan ini membawa implikasi terhadap penyelenggaraan
pendidikan di SD. Sekolah merupakan tempat yang kondusif bagi kebanyakan siswa
untuk belajar bergaul dan bekerja bersama teman sebaya. Guru harus terampil
mempelajari dan memahami budaya teman pada lingkungan sekolah dan masyarakat.
Melalui sosiometri guru dapat mempertimbangkan tingkat kecerdasan, pendekatan
pergaulan, struktur sosial ekonomi keluarga dan lain sebagainya.
4.
Mempelajari peran sosial sebagai pria
dan wanita
Secara
kodrati pria dan wanita berbeda, baik secara jasmani maupun rohani. Maka tugas
perkembangan antara siswa pria dan wanita juga berbeda sesuai dengan tahap pertumbuhan
dan perkembangannya. Menurut Mulyani Sumantri dan Nana syaudih (2006) dalam
mencapai tugas perkembangan perbedaan anatomi tidak menuntut jenis kelamin
selama anak sekolah dasar. Tubuh anak laki-laki dan perempuan tumbuh dengan
baik melalui aktifitas fisik, baru mulai usia 9 / 10 tahun terdapat perbedaan
anatomi.
Berkenaan dengan peran anak sesuai dengan
jenis kelamin telah diawali dalam asuhan
keluarga. Dalam hal ini sekolah hendaknya lebih menekankan pada fungsi
perbaikan jika ada anak yang mengalami hambatan dalam pencapaian tugas
perkembanagn ini.
5.
Pengembangan ketrampilan dasar membaca,
menulis dan berhitung.
Secara kronologis anak SD sudah
cukup matang untuk mengembangkan keterampilan membaca, menulis dan berhitung
(calistung).Keterampilan ini telah dikenalkan pada masa sekolah TK. Khusus
berkenaan ketrampilan membca, berdasarkan hasil study psikologis menunjukkan,
bahwa membaca dipelajari oleh kebanyakan masyarakat hingga usia dua belas atau
tiga belas tahun. Kecepatan membaca dalam hati dan kemauan membaca bersuara
jarang meningkat lagi setelah usia tersebut. Namun tentang kemampuan dalam
mengambil makna isi bacaan terus bertambah selama ia belajar.
Ketrampilan menulis sejalan dengan
mambaca, bahwa penguasaan menulis dipengaruhi oleh frekuensi anak melakukan/
belajar menulis. Karena menulis memerluakn kebiasaan penggunaan aktifitas
fisik/tangan. Pada anak usia SD sudah mencapai kematangan dalam hal aktivitas
fisik/ tangan. Keterampilan berhitung berkembang hingga usia dua belas atau
tiga belas tahu, dan jarang berkembang lagi jika tidak melanjutkan ke sekolah
menengah atau perguruan tinggi.
6.
Pengembangan konsep-konsep yang perlu
dalam kehidupan sehari-hari
Manusia hidup tidak lepas dengan
lingkungan sekitar baik l maupun
non sosial. Keterkaitan manusia dengan lingkungannya maka ia harus mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Untuk dapat menyesuaikan diri
maka ia perlu memahami dan mengembangkan konsep-konsep tertentu yang perlu
dalam kehidupan sehari-hari. Tugas perkembangan ini menuntut anak usia SD untuk
memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk bisa berfikir efektif
berkenaan dengan pekerjaan, kewarganegaraan, dan peristiwa-peristiwa sosial.
Secara psikologis pada saat anak
siap memasuki sekolah, ia sebenarnya telah memiliki perpendaharaan banyak
konsep, terutama konsep-konsep yang sederhana, seperti: konsep tempat (di
rumah, di di kamar, depan, belakang, atas, bawah, dan alin-lain). Konsep
makanan, seperti: nasi goreng, bakso, soto, roti/kue, tempe, tahu dan lain-lainnya.
Konsep waktu, seperti: pagi, siang, malam, cepat. Konsep warna, seperti: merah,
hijau, kuning, hitam, putih, coklat. Konsep nilai, seperti: sopan-santun,
baik-buruk, salah-benar.
Berkenaan dengan tugas-tugas
perkembangan tersebut, maka sekolah merupakan tempat yang kondusif untuk
mempelajari sejumlah konsep dalam kehidupan. Kurikulum sekolah hendaknya
memberikan pengalaman dan pembelajaran yang sekonkret mungkin terutama pada
kelas-kelas bawah. Hal ini akan membantu anak dalam membangun konsep-konsep baru
berdasar hal-hal yang nyata, misalnya tentang konsep yang berhubungan dengan
waktu, ruang, tempat dan angka.
7.
pengembangan kata hati, moral dan
nilai-nilai
Aspek
perkembanagn kata hati moral dan nilai-nilai telah diawali sejak dalam
lingkungan keluarga. Melalui proses identifikasi terhadap kedua orang tua anak
mengembangkan sendiri “peringatan dan hukuman” sebagai perwujudan kata hati.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berperan pentingdalam perkembanagn
kata hati, moral dan nilai-nilai melalui proses pembelajaran. Bimbingan
merupakan tehnik untuk membantu siswa yang mengalami hambatan yang berkaitan
dengan pengembangan ini.
8.
Mencapai kemandirian pribadi
Tugas perkembangan ini menuntut anak usia SD mampu
menjadi di yang mandiri. Kemandirian ini ditujukan pada kemampuan membuat
perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar / sekolahnya tanpa harus selalu
diarahkan oleh guru maupun orangtua.
Sehubungan
tugas pencapaian kemandirian ini, maka guru dalam melaksanakan proses
pembelajarannya mengacu pada kemandirian. Baik kemandirian individual maupun
kemandirian dalam tugas – tugas kelompok.
C. Penyelenggaraan Pendidikan
Bagi Anak Sekolah Dasar .
Pendidikan
pada jenjang sekolah dasar (SD) adalah pendidikan yang paling lama
penyelenggaraanya (6 tahun) dibanding jenjang pendidikan yang lain. Pada
jenjang inilah kemampuan dan keterampilan dasar dikembangkan, baik sebagai
bekal untuk pendidikan lanjutan maupun untuk terjun kemasyarakat. Studi
longitudinal yang dilaksanakan blom (1964) memberikan gambaran bahwa prestasi
akademik umum pada kelas 3 sekolah menengah diperkaya oleh prestasi akademik
pada akhir tahun kelas 3 SD.
Hasil penelitian
ini memberikan pemahaman, bahwa:
1. Tahun
tahun pertama anak belajar di SD berpengaruh sangat signifikan terhadap sikap
anak terhadap sekolah dan pola pola pencapaian prestasi tahap tahap
selanjutnya.
2. Perilaku
anak pada usia 6 sampai 10 tahun memiliki kadar prediksi yang tinggi bagi perilakunya
nanti saat dewasa (Dinkmeyer dan Caldwwel, 1970)
Kebijakan
pemerintah RI tentang penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar diatur pada
beberapa peraturan perundang undangan antara lain:
1. Permen
Dikanas Nomor 19 tahun 2007 tentang “Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah”. Peraturan ini memberikan acuan tentang (1)
perlunya merumuskan visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, (2) kurikulum
mengarah pada KTSP, (3) Perlunya sekolah kemitraan.
2. Permen
Diknas Nomor 20 tahun 2007 tentang “Standar penilaian pendidikan” peraturan ini
menyangkut beberapa hal, seperti (1)
prinsip prinsip penilaian, (2) teknik dan instrumen penilaian, (3) mekanisme
dan prosedur penilaian, (4) pelaksanaan penilaian oleh pendidik.
3. Permen
Diknas Nomor 24 tahun 2007 tentang “Standar Sarana dan Prasarana”. Peraturan
ini meliputi antara lain: lahan (tanah), bangunan (gedung), ketentuan ruang
kelas, ruang perpustakaan, laboratorium, ruang pimpinan atau guru, tempat
ibadah, UKS, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain atau olahraga.
4. Permen
Dikanas Nomor 39 tahun2007 tantang “ Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional”
(UASBN)
5. Pemerintah
jugha memberlakukan peraturan pemerintah Nomor 14 tahun 2005 tentang “Guru dan
Dosen”. Peraturan ini menuntut adanya kualifikasi guru/pendidik , bahwa guru
atau pendidik dari tingkat sekolah TK
hingga sekolah menengah harus berijazah S1 pendidikan.
Kebijakan
pemerintah yang lain misalnya : ditetapkanya pelaksanaan program wajib belajar
pendidikan dasar sekoah sembilan tahun. Program ini telah dicanangkan oleh
pre3siden suharto pada tanggal 2 Mei 1994, yaitu pelaksanaan Program Wajib
Belajar Pendidikan Dasar Sebilan Tahun (Wajar Diknas 9 Tahun) untuk anak usia 7
sampai dengan 15 tahun.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Karakteristik Anak Usia
Dasar (SD)
1. Senang
bermain
2. Senang
bergerak
3. Senang
bekerja dalam kelompok
4. Senang
merasakan atau melakukan sesutu secara langsung
Tugas – Tugas
Perkembangan Anak Usia SD dan Implikasinya Dalam Pendidikan
1. Pembelajaran
keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan sehari – hari .
2. Membangun
keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh.
3. Belajar
bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
4. Mempelajari
peran sosial sebagai pria dan wanita
5. Pengembangan
ketrampilan dasar membaca, menulis dan berhitung.
6. Pengembangan
konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
7. pengembangan
kata hati, moral dan nilai-nilai
8. Mencapai
kemandirian pribadi
B.
Saran
Kita
sudah tau bagaimana dan seperti apa karakteristik anak usia SD maka dari itu
kita sebagai orang yang lebih dewasa harus dapat mengimplementasikannya secara
maksimal dengan cara memberikan sarana dan prasarana sebagai tempat untuk
mengimplementasikan kegiatan tau hal hal yang ingin mereka lakukan. Seperti,
bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok dan senang melakukan sesuatu secara
langsung. Dengan demikian perkembangan pada anak tersebut tidak akan terhambat
karena pada semasa kecilnya ini ia telah mengimplementasikan hal yang dia
inginkan secara maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Marsudi, Saring ,
Rubino Rubiyanto, an Sri Hartini. 2011. Perkembangan
Peserta
Didik.
Surakarta
: UMS Pres.