Newest Post

FUNGSI KURIKULUM

| Kamis, 26 Februari 2015
Baca selengkapnya »

 Dalam proses belajar kurikulum memiliki kedudukan yang sangat penting, karena dengan kurikulum peserta didik sebagai individu yang berkembang akan memperoleh manfaat.Selain itu, kurikulum juga berfungsi bagi kepentingan-kepentingan yang lain, di antaranya:
1.  Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan adalah sebagai alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan meliputi:
a.       Tujuan nasional (pendidikan nasional).
b.      Tujuan institusional (lembaga/institusi).
c.       Tujuan kurikuler (bidang studi).
d.      Tujuan instruksional (penjabaran dari tujuan kurikuler).
2.      Fungsi kurikulum bagi peserta didik, Kurikulum sebagai organisasi disiapkan bagi peserta didik sebagai salah satu konsumsi pendidikan mereka. Dengan demikian diharapkan peserta didik akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, guna melengkapi bekal hidupnya.
3.      Fungsi kurikulum bagi pendidik.
a.      Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar para peserta didik
b.   Sebagai pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap perkembangan peserta didi dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
4.      Fungsi kurikulum bagi KS dan PS.
a.      Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yaitu memperbaiki situasi belajar.
b.   Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar peserta didik ke arah yang lebih baik.
c.    Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan kepada pendidi untuk memperbaiki situasi mengajar.
d.   Sebagai administrator, kurikulum dapat dijadikan pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut.
e.       Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar-mengajar.
5.      Fungsi kurikulum bagi orang tua.
a.       Agar orang tua dapat membantu usaha sekolah dalam memajukan peserta didik (putranya).
b.      Mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan peserta didik (putranya).
c.       Ikut berpartisipasi membimbing peserta didik (putranya).
6.      Fungsi kurikulum bagi sekolah dan tingkatan di atasnya.
a.       Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan. Dapat dilakukan bila:
1) Bila sebagian dari kurikulum sekolah tersebut   telah diajarkan pada sekolah yang berada di bawahnya, maka sekolah dapat meninjau kembali perlu/tidaknya bagian tersebut diajarkan lagi.
2)  Bila kecakapan-kecakapan tertentu yang dibutuhkan untuk mempelajari kurikulum suatu sekolah belum diajarkan pada sekolah yang berada di bawahnya, sekolah dapat mempertimbangkan untuk memasukkan program mengenai kecakapan-kecakapan tersebut ke dalam kurikulum
b.      Penyiapan tenaga baru.
7.      Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah.
 a. Ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orang tua/masyarakat.
 b. Ikut memberikan kritik/saran yang membangun dalam rangka penyempurnaan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.

FUNGSI KURIKULUM

Posted by : muhammadsucahyo
Date :Kamis, 26 Februari 2015
With 1 komentar:

MUHAMMAD SUCAHYO

| Kamis, 12 Februari 2015
Baca selengkapnya »
FOTO MUHAMMAD SUCAHYO








# Cahyo :)

MUHAMMAD SUCAHYO

Posted by : muhammadsucahyo
Date :Kamis, 12 Februari 2015
With 1 komentar:

7 UNSUR KEBUDAYAAN BATAK

| Rabu, 11 Februari 2015
Baca selengkapnya »

A.    Kebudayaan Batak
        Orang Batak dewasa ini untuk bagian terbesar mendiami wilayah Sumatra Utara. Mulai dari perbatasan daerah istimewa Aceh di utara sampai perbatasan dengan Riau dan Sumatra barat di sebelah Selatan. Selain daripada itu, orang Batak juga mendiami tanah datar yang berada diantara pegunungan dengan pantai timur Sumatra utara dan pantai barat Sumatra utara. Dengan demikian maka orang batak ini mendiami dataran Tinggi karo,Langkat hulu, Deli hulu, Serdang hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, dan Mandailing dan kabupaten tapanuli Tengah.
        Pada umumnya daerah ini terkenal iklim musim tanah di datar di antara daerah pegunungan dan pantai merupakan daerah subur untuk pertanian, sedangkan daerah pegunungan terdiri dari padang rumput. Daerah pegunungan itu, masih dapat memberikan hidup kepada penghuninya berkat penggunaan teknik irigasi dan penggunaan pupuk. Teknik pengolahanya dengan sistim tegalan dan sawah. Daerah sawah sehabis panen padi lalu di tanam palawija yang merupakan barang ekspor utama dari daerah itu. Ditempat yang penanaman padinya kurang menguntungkan maka di tanam seperti bawang kacang, buah-buahan dan nilam disamping hasil hutan lainya.
        Suatu hal yang menguntungkan bagi orang batak ialah, sejak jaman kemerdekaan jaringan jalan-jalan raya telah mencapai sampai keplosok-plosok. Dengan demikian prasarana yang menghubungkan dan memperkenalkan orang batak dengan dunia luar telah tersedia.
        Suku bangsa batak lebih khusus terdiri dari Sub suku-suku bangsa: (1) Karo yang mendiami suatu daerah induk yang meliputi dataran tinggi Karo langkat hulu, deli hulu, serdang hulu dan sebagian dari dairi (menurut sensus 1930 mereka diperkirakan terdiri dari 120.000). (2) Simalungun yang mendiami daerah induk simalungun (50.000 orang menurut sensus 1930;) (3) Pakpak yang mendiami daerah indukdairi (22.000 menurut sensus 1930); (4) Toba yang mendiami suatu daerah induk yang meliputi daerah tepi danau toba, pulau samosir, dataran tinggi toba, daerah asahan, silindung, daerah antara barus dan sibulga dan daerah pegunungan pahai dan habin saran(jumlah mereka terbesar diantara sub suku-suku bangsa batak,ialah 40.000 menurut sensus 1930). (5) Angkola yang mendiami daerah induk angkola dan sipirok sebagaian dari sibolga dan batang toru dan bagian utara dari padang lawas ; (6) Mandailing yang mendiami daerah induk mandailing, ulu, pakatan dan bagian selatan dari padang lawas (bersama-sama dengan orang angkola mereka diperkiran berjumlah 160.000 orang menurut sensus 1930). Menurut cerita-cerita suci (tarombo) orang batak , terutama dari orang batak toba.semua sub suku-suku bangsa Batak itu mempunyai nenek moyang yang satu yaitu Si Raja Batak.

B.     Unsur-unsur Kebudayaan Batak
1.      Bahasa
            Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1) Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing. Di antara keempat logat tersebut, dua yang paling jauh jaraknya satu dengan lain adalah logat Karo dan Toba.
2.      Sistem Pengetahuan
            Sistem pengtahuan masyarakat Batak tampak pada perubahan-perubahan musim yang diakibatkan oleh siklus alam, misalnya musim hujan dan musim kemarau. Perubahan dua jenis musim tersebut dipelajari masyarakat Batak sebagai pengetahuan untuk keperluan bercocok tanam.
            Selain pengetahuan tentang perubahan musim, masyarakat suku Batak juga menguasai konsep pengetahuan yang berkaitan dengan jenis tumbuh-tumbuhan di sekitar mereka. Pengetahuan tersebut sangat penting artinya dalam membantu memudahkan hidup mereka sehari-hari, seperti makan, minum, tidur, pengobatan, dan sebagainya. Jenis tumbuhan bambu misalnya dimanfaatkan suku masyarakat Batak untuk membuat tabung air, ranting-ranting kayu menjadi kayu bakar, sejenis batang kayu dimanfaatkan untuk membuat lesung dan alu, yang kegunaannya untuk menumbuk padi.
            Pengetahuan tentang beberapa pohon, kulit kayu (lak-lak), serta batu, yang dimanfaatkan masyarakat Batak untuk keperluan makam raja-raja. Sedangkan dari kulit kayu biasanya masyarakat Batak memanfaatkannya untuk menulis ilmu kedukunan, surat menyurat dan ratapan. Kulit kayu (lak-lak) tidak ditonjolkan tetapi secara tersirat ada, karena yang menggunakan lak-lak tersebut hanya seorang Datu. Masyarakat Batak mengetahui dan menguasai kegunaan bagian-bagain tumbuhan dan bebatuan secara efektif dan memanfaatkan untuk acara tergambar pemakaman raja-raja. Upacara pemakaman itu hanya untuk raja-raja, tetua adat, dan para tokoh yang mempunyai kedudukan saja. Hal itu disebabkan pelaksanaan upacara pemakaman membutuhkan dana yang cukup besar.
3.      Organisasi Sosial
            Sistem kekerabatan orang Batak adalah patrilineal, yaitu menurut garis keturunan ayah.Dalam berhubungan antara yang satu dengan yang lain pada masyarakat Batak, mereka harus mampu menempatkan dirinya dalam struktur  itu sehingga mereka selalu dapat mencari kemungkinan hubungan kekerabatan di antara sesamanya dengan cara martutur. Hubungan antara satu marga dengan marga lainnya sangat erat, setelah terjadinya beberapa kelompok kecil yang diakibatkan sebuah perkawinan.
            Memang benar, apabila seorang Batak menyebut anggota marga-nya dengan sebutan dongan-sabutuha (mereka yang berasal dari rahim yang sama). Garis keturunan laki-laki diteruskan oleh anak laki-laki, dan menjadi punah kalau tidak ada lagi anak laki-laki yang dilahirkan. Sistem kekerabatan patrilineal ini yang menjadi tulang punggung masyarakat Batak, yang terdiri atas turunan-turunan, marga, dan kelompok-kelompok suku, semuanya saling dihubungkan menurut garis laki-laki. Laki-laki itulah yang membentuk kelompok kekerabatan, sedangkan perempuan menciptakan hubungan besan (affinal relationship), karena ia harus kawin dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain.
4.      Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
            Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.
            Masyarakat Batak juga memiliki rumah adat Batak. Rumah Batak biasanya didirikan di atas tiang kayu yang banyak, berdinding miring, beratap ijuk. Letaknya memanjang kira kira 10 – 20 meter dari timur ke barat. Pintunya ada di sisi barat dan timur pada rumah Karo dan Simanuwun, atau pada salah satu ujung lantai pada rumah Toba ( masuk dari kolong). Pada bagian puncaknya yang menjulang ke atas di sebelah barat dan timur dipasang tanduk kerbau atau arca muka manusia dan puncak yang melengkung membentuk setengah lingkaran ( kecuali rumah empat ayo pada  Karo). Pada bagian depan (barat dan timur) rumah Karo yang disebut ayo ada ornamentasi geometris dengan warna warna merah , putih , kuning dan hitam. Pada sisi kanan kiri pada kedua mukanya rumah batak menggunakan lukisan (arca). Kepala orang atau singa (Kalamakara). Dindingnya diikat dengan tali ijuk yang disusun sedemikian rupa sehingga menyerupai gambar cecak ( Reret ).
            Satu bagian yang merupakan keistimewaan dari rumah Karo dan yang tidak ada pada rumah Batak yang lainadalah semacam teras dari bamboo yang disusun di serambi muka. Teras ini disebut Ture yang pada malam harinya digunakan sebagai tempat pertemuan gadis dan pemuda yang menemuinya. Satu rumah Batak itu biasanya dihuni oleh beberapa keluarga – batih yang satu dengan lain, terikat dengan hubungan kekerabatan secara patrilinear.
5.      Sistem Mata Pencaharian Hidup
            Orang Batak bercocok tanam padi di sawah dengan irigasi, tetapi masih banyak juga, terutama diantara orang Karo, Simalungun dan Pakpak yang masih bercocok tanam di ladang. Yang dibuka di hutan dengan cara di bakar dan menebang pohon.
            Pada sistem bercocok tanam di ladang , Huta atau Kutalah yang memegang hak Ulaya tanah. Sedangkan hanya warga Huta atau Kuta yang berhak untuk memakai wilayah itu. Mereka menggarap tanah itu seperti menggarap tanahnya sendiri, tetapi tak dapat menjualnya tanpa persetujuan dari Huta yang diputuskan dengan musyawarah. Tanah yang dimiliki individu juga ada. Pada orang batak toba misalnya ada tanah panjaenan, tanah pauseang dan tanah parbagian.
            Didalam masyarakat orang Batak Karo dan Simalungun ada perbedaan antara golongan yang merupakan keturunan dari para pendiri Huta, dengan golongan yang merupakan keturunan dari penduduk Kuta yang datang kemudian. Golongan para pendiri Kuta, ialah para Marga Taneh. Memiliki tanah yang paling luas sedangkan golongan lainnya biasanya hanya memiliki tanah yang hanya sekedar hidup. Di daerah Dairi disamping menanam padi , luas juga tanah yang di Tanami kopi. Dalam bercocok tanam baik di ladang maupun di sawah , orang perempuan batak mengambil peranan yang amat penting, terutama dalam tahap-tahap menanam.
            Orang Batak juga mengenal system gotong royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo activated itu disebut Raron , sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabatat dekat , bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan suatu pranata yang ke anggotaannya sangat suka rela dan lamanya berdiri tergantung kepada perstujuan pesertanya walaupun minimal selama jumlah pesertanya satu hari.
            Alat-alat yang digunakan dalam bercocok tanam adalah, cangkul, tongkat tugal. Bajak biasanya ditarik oleh kerbau , atau oleh sapi. Orang Batak umumnya memotong padi dengan sabit ( Sabi-sabi ) , atau dengan ani-ani. Selain itu peternakan juga suatu penghasilan yang penting pada orang Batak umumnya. Mereka memelihara kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, bebek. Kerbau banyak di gunakan sebagai binatang penghela dan untuk upacara adat, sedangkan babi dimakan dan untuk pemberian adat. Sapi, kambing, ayam di jual untuk melayani kota-kota terutama Medan.
            Di daerah tepi danau Toba dan di pulau Samosir menangkap ikan merupaka suatu mata pencaharian yang penting. Penangkapan ikan dilakukan dengan amat intensif dalam musim tertentu, misalnya dalam bulan Juli sampai Agustus. Pekerjaan dilakukan eksklusif laki-laki dalam prahu lesung ( Solu ) dengan jala , pancing dan perangkap-perangkap ikan. Ikan di jual di pasar-pasar untuk dibawa ke kota-kota seperti ke Baligo.
6.      Sistem Religi
            Batak telah dipengaruhi oleh beberapa agama, yaitu agama Islam dan Kristen Protestan yang masuk sejak permulaan abad ke-19. Agama Islam masuk di Minangkabau sejak tahun 1810 dan sekarang dianut oleh sebagian besar dari orang Batak selatan (Mandailing dan Angkola). Sedangkan agama Kristen disiarkan ke daerah Toba dan Simalungun oleh organisasi penyiar agama dari Jerman sejak tahun 1863 dan ke daerah Karo oleh organisasi Belanda pada masa yang sama. Di samping itu juga ada agama-agama lain dan agama pribumi.
            Walaupun sebagian besar orang Batak telah menganut agama Kristen atau Islam, namun banyak konsep-konsep agama aslinya masih hidup terutama di pedesaan. Hal ini dapat diketahui lewat buku-buku kuno (pustaha) yang berisi silsilah Batak dan dunia makhluk halus.
            Orang Batak punya konsepsi bahwa alam ini beserta segala isinya diciptakan oleh Debata (Ompung) Mulajadi na Bolon. Dia berada di atas langit dan mempunyai nama-nama lain sesuai dengan tugas dan tempat kedudukannya. Sebagai Debata Mulajadi na Bolon, ia tinggal di langit dan merupakan maha pencipta. Sebagai penguasa dunia tengah, ia bertempat tinggal di dunia ini dan bernama Silaon na Bolon (Toba) ,atau Tuan Padukah ni Aji (Karo). Sebagai penguasai dunia makhluk halus ia bernama Pane na Bolon. Selain daripada pencipta, Debata Mulajadi na Bolon juga menciptakan dan mengatur kejadian gejala-gejala alam, seperti hujan, kehamilan, sedangkan Pane na Bolon mengatur setiap penjuru-mata angin.
            Dalam hubungan dengan jiwa dan roh orang Batak mengenal tiga konsep,yaitu Tondi, sahala dan begu.Tondi itu adalah jiwa atau roh orang itu sendiri dan sekaligus juga merupakan kekuatan. Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang.Bedanya dengan tondi ialah bahwa tidak semua orang mempunyai sahala dan jumlah serta kwalitasnya juga berbeda-beda.Sahala dari seorang raja atau datu lebih banyak dan lebih kuat dari orang biasa dan begitu pula sahala dari orang hula-hula lebih kuat dari sahala orang boru. Sahala itu dapat berkurang dan menentukan peri kehidupan seseorang.Berkurangnya sahala menyebabkan seseorang kurang disegani, atau ke- datuannya menjadi hilang.
            Tondi diterima oleh seseorang itu pada waktu ia masih ada di dalam rahim ibunya dan demikian pula sahala atau sumangat (Karo). Demikian tondi itu juga merupakan kekuatan yang memberi hidup kepada bayi (calon manusia), sedangkan sahala adalah kekuatan yang akan menentukan wujud dan jalan orang itu dalam hidup selanjutnya.Seperti halnya dengan sahala ,yang dapat berkurang atau bertambah,tondi itu dapat pergi meninggalkan badan. Bila tondi meninggalkan badan untuk sementara, maka orang yang bersangkutan itu sakit, bila untuk seterusnya,orang itu mati. Keluarnya tondi dari badan disebabkan karena ada kekuatan lain(sambaon) yang menawannya.
            Konsep yang ketiga ialah begu, adalah seperti tingkah laku manusia, hanya secara kebalikannya,yaitu misalnya apa yang dilakukan oleh manusia pada siang hari di lakukan begu pada malam hari. Orang batak mengenal begu yang baik dan yang jahat.Sesuai dengan kebutuhannya,begu di puja dengan sajian (pelean).
            Di kalangan orang batak toba,begu yang terpenting ialah sumangot ni ompu(begu dari nenek moyang). Di kalangan orang Batak Karo dikenal adanya beberapa macam begu, ialah:
1.      Batara guru atau begu parkakun jabu
2.      Bicara guru
3.      Begu mate sada wari
4.      Mate kayat-kayaten
            Akhirnya dalam sistem religi aslinya orang batak toba juga percaya kepada kekuatan sakti dari jimat, tongkat wasiat, atau tunggal panaluandan kepada mantra-mantra yang mengandung kekuatan sakti.Semua kekuatan itu menurut kitab-kitab ilmu gaib orang batk toba(pustaha),berasal dari si Raja Batak.
7.      Kesenian
Seni pada masyarakat Batak umumnya meliputi, seni sastra, seni musik, seni tari, seni bangunan, seni patung, dan seni kerajinan tangan.  Terdapat beberapa seni masyarakat Batak, antara lain:
a.       Margondang
Upacara margondang diadakan untuk menyambut kelahiran anak mereka dan sekaligus mengumumkan kepada warga kampung bahwa dia sudah mempunyai anak. Kata margondang merupakan bentukan dari kata dasar gondang (gendang) yang mendapat awalan me- atau ber-. Margondang menyatakan kata kerja yakni bergendang atau memainkan alat musik gendang. Margondang merupakan suatu kebiasaan masyarakat Batak yang dilakukan dalam suatu upacara tertentu. Tujuan filosofinya adalah untuk mengukuhkan muatan religi acara tersebut karena merupakan kebiasaan yang diwarisi dari leluhur.
b.      Seni Tari (Tor-tor)
Tortor adalah tarian Batak yang selalu diiringi dengan gondang (gendang). Tortor pada dasarnya adalah ibadat keagamaan dan bersifat sakral, bukan semata-mata seni. Tortor dan gondang diadakan apabila upacara penting kehidupan masyarakat Batak, misalnya melaksanakan horja (kerja adat) antara lain: mengawinkan anak, martutuaek memandikan atau memberi nama anak), memasuki rumah baru, mengadakan pesta saring-saring (upacara menggali kerangka jenazah), pesta bius (mangase Taon); upacara tahunan, dan pesta edangedang (pesta sukaria).
c.       Seni Patung
Dulu, biasanya para raja-raja memesan patung untuk makam. Kehadiran patung pada suku Batak diduga sudah ada sejak lama sekali. Menurut sejarahnya patung pada mulanya dibuat dari tumpukan –tumpukan batu yang berwujudkan nenek moyang dengan dasar kepercayaan. Tumpukan-tumpukan batu itu dibuat menjadi sakral yang kepentingannya erat sekali dengan kepentingan kepercayaan masyarakat. Kemudian tumpukan batu itu berkembang terus dan berubah menjadi sebuah bentuk patung. Sesuai dengan perkembangannya dari wujud sakral beralih kepada bentuk yang simbolis memberi rupa wajah manusia atau binatang. Di Tomok, Pulau Samosir, terdapat jalan setapak kecil yang hanya bisa dilalui pejalan kaki. Bapak Charles Sidabutar, salah satu keturunan raja yang kini menjaga makam, menjelaskan bahwa sesuai kepercayaan setempat pada saat itu, jenazah tidak boleh dimakamkan di tanah, melainkan harus di dalam batu.
d.      Kerajinan Tangan (Ulos)
Ulos adalah kain tenun khas suku Batak. Tak hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya saja, kain Ulos pun sarat dengan arti dan makna. Sebagian besar masyarakat Tapanuli menganggap kain tenun Ulos adalah perlambang ikatan kasih sayang, lambang kedudukan, dan lambang komunikasi dalam masyarakat adat Batak. Oleh karena itu, kain tenun Ulos selalu digunakan dalam setiap upacara, kegiatan dan berbagai acara dalam adat Suku Batak.  Misalnya, untuk perkawinan, kelahiran anak, punya rumah baru, sampai acara kematian.
Tiap-tiap kain tenun Ulos  yang dihasilkan memiliki arti dan makna tersendiri, baik bagi pemilik ataupun bagi orang yang menerimanya. Misalnya saja Ulos Ragidup. Ulos ini adalah kain tenun yang tertinggi derajatnya. Sebab, pembuatannya sangatlah sulit. Kain tenun ulos jenis ini terdiri dari tiga bagian, yaitu 2 sisi yang ditenun sekaligus, dan 1 bagian tengah yang ditenun sendiri dengan motif yang rumit. Motif Ulos Ragidup ini harus terlihat seperti benar-benar lukisan hidup. Karenanya, ulos jenis ini sering diartikan sebagai ulos yang melambangkan kehidupan dan doa restu untuk kebahagian dalam kehidupan.
Ulos Ragihotang. Ulos ini derajatnya 1 tingkat di bawah ulos ragidup. Pembuatannya tidak serumit Ulos Ragidup. Namun, Ulos Ragihotang punya arti dan keistimewaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Ulos ini pun sering dipakai dalam upacara adat kematian sebagai pembungkus atau penutup jenazah yang akan dikebumikan. Ulos jenis ini mengartikan bahwa pekerjaan seseorang di dunia ini telah selesai.
Selain kedua jenis ulos tersebut, ada satu jenis ulos yang disebut Ulos Sibolang. Ulos ini digunakan sebagai tanda jasa penghormatan. Biasanya dipakai oleh orangtua pengantin atau diberikan oleh orangtua pengantin perempuan buat menantunya. Oleh karena itu, Ulos Sibolang dijadikan sebagai lambang penyambutan anggota keluarga baru. Ulos Sibolang juga diberikan kepada seorang wanita yang ditinggal mati suaminya. Ulos ini diberikan sebagai tanda menghormati jasanya yang telah menjadi istri yang baik, sekaligus sebagai tanda bahwa ia telah menjadi janda.



Koentjaraningrat. 1987. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Melalatoa, M. Junus.1997. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Departemen  Pendidikan dan kebudayaan.

Setyawani, Indah. “Kebudayaan Batak. http://indahsetyawanie.blogspot.com/2011/12/kebudayaan-batak.html (diakses tanggal 18 September 2014)

7 UNSUR KEBUDAYAAN BATAK

Posted by : muhammadsucahyo
Date :Rabu, 11 Februari 2015
With 8komentar

Pengaruh Budaya Barat terhadap Budaya Indonesia

|
Baca selengkapnya »
Pengaruh budaya Barat terhadap budaya Indonesia yang dilihat dari unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjoroningrat sebagai berikut :
a.      Sistem Religi
Religi adalah bagian dari kebudayaan disebabkan karena saya telah menganut suatu konsep yang untuk sebagian berdasarkan konsep E. Durkheim mengenai dasar-dasar religi yang pernah dibentangkan olehnya dalam bukunya yang terkenal, Les Formes Elementaires de la Vie Religieuse (1912). Konsep yang saya anut bahwa setiap religi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat komponen yaitu :
1.      Emosi Keagamaan
2.      Sistem Keyakinan
3.      Sistem ritus dan Upacara
4.      Umat atau kesatuan sosial.
Kebudayaan Indonesia sangatlah beragam, begitu pula pada sistem kepercayaan atau agama. Pada zaman dahulu rakyat Indonesia menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, banyak rakyat yang menyembah benda-benda mati, mereka mengangap bahwa benda mati memiliki kekuatan spiritual dan roh-roh leluhur seperti pohon besar yang menyimpan kekuatan besar, mereka melakukan berbagai ritual untuk menyembah benda- benda mati tersebut yang mereka anggap memilikai kekuatan Gaib. Kepercayaan Animisme dan dinamisme hilang seiring perkembangan zaman dan peradaban manusia dari berbagai negara. Dengan adanya proses peradaban melalui berbagai jalur, salah satunya jalur perdagangan. Banyak para pedagang yang berasal dari berbagai negara seperti Gujarab, Arab, Persia dan lain-lain. Merekan mengenal agama seperti agama hindu, budha, katholik, kristen dan Islam. Pola pikir mereka berubah seiring dengan perkembanagn zaman dan keyakinan yang mereka anut. Dan di negara Indonesia menetapkan ada beberapa agama yang dipersetujui pemeritah di antaranya islam, kristen, katholik, hindu, budha, dan khong hu chu.
b.      Sistem Pengetahuan
Barat dalam pikirannya cenderung menekankan pada dunia obyektif dari pada rasa sehingga hasil pola pemikiran demikian membuahkan sains dan teknologi. Filsafat Barat telah di pusatkan pada dunia rasio. Oleh karenanya, pengetahuan mempunyai dasar empiris yang kuat. Demikian pula dalam tradisi agama barat, dunia empiris memiliki arti ( Harold, Marilyn dan Richard, 1979 ). Dalam cara berfikir dan hidupnya lebih terpikat oleh kemajuan material sehingga tidak cocok dengan cara berfikir untuk meninjau makna dunia dan makna hidup. Barat hidup dalam dunia teknis dan ilmiah, maka filsafat tradisional dan pemahaman agama muncul sebagai sistemik ide-ide asprak tanpa hubungan dengan yang nyata dan praktek hidup.
Menurut To Thi Anh ( 1975 ) ada tiga nilai penting dalam mendasari nilai Barat yaitu martabat manusia, kebebasan, dan teknologi. Bangsa timur menggap negara barat itu negara kebebasan, segala sesuatau mungkin terjadi. Hal ini di mulai dari sosialisasi anak yang di biarkan untuk membentuk dunianya sendiri dan mengembangkan bakatnya sendiri. Spontanitas lebih dihargai dan individu bebas dari tekanan dan campur tangan dari orang lain. Akhirnya kebebasab itu diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan sosial, politik, kebudayaan, dan ekonomi. Tradisi kebebasan ini menimbulkan rasa percaya diri dan kemampuan serta menghilangkan status sosial.  Teknologi barat ]membikin kagum dan iri bangsa timur. Tidak sedikit negara timur menjadi korban poenjajahn teknologi barat karena rasa kagum inifilsafat terdiri diatas kaki sendiri tidak tahan terhadap godaan dan tantangan teknologi barat sehingga tunduk teknologi. Hasil teknologi barat melebihi kebutuhan manusia, bahkan menganggu kepentingan manusia karena terlalu cepat sampai kedepan (Alfin Topler  menyebutkan future shock) . Kecepatan teknologi barat sulit diikuti imajinasi sehingga banyak benda yang dimusiumkan. Di barat tidak sedikit manusia yang dikuasai oleh perubahan ternologi sehingga menimbulkan dampak kehilangan arah, hilang kepercayaan terhadap diri sendiri terhadap nilai-nilai dan iman timbul kecemasan dan tekanan hidup acuh tak acuh dan terganggu kesehatan mental. Akibat teknologi yang terjadi menimbulkan nilai eksitensi secara serempak juga merendahkan martabat manusia, yang menjadi ukuran dalam budaya teknologi sekarang adalah kultur orang, kualitas (produksi yang melimpah), kultur buatan (artifisial), kontrol menyeluruh (kemahakuasaan sistem). Kemajuan teknologi menghasilkan dinamisme , perencanaan, organisasi,  manajemen, keberanian berusaha, penguasaan materi, dan sekaligus menggerogoti kehidupan sosial dan pribadinya menurut ( Tho Thi Anh, 1974).
Di dunia Barat orang lebih condong menekankan dunia empiris sehingga mereka maju dalam bidang sains dan teknologi. Sangat berbeda jauh dengan negara timur seperti halnya negara Indonesia. Budaya timur pada intinya bersumber dari agama-agama yang lahir di dunia timur. Mereka berfikir tidak bertujuan menunjang usaha-usaha manusia untuk menguasai dunia dan hidup secara teknis , sebab masyarakat timur menyukai intuisi dari pada akal dan budi. Intinya keribadian manusia timur tidak terletak pada inteleknya melainkan pada hatinya. Secara garis besar mereka menghayati kehidupan tidak hanya dengan otaknya.  Pemikiran timur lebih menekankan segi dalam dari jiwa, dan realitas di belakang dunia empiris dianggap sebagai suatu yang hanya lewat dan bersifat khayalan. Timur lebih menekankan pada disiplin mengendalikan diri, sederhana , tidak mementingkan dunia, bahkan menjauh diri dari dunia. Sesuatu yang baik menurut dunia timur tidak hanya terdapat dalam benda dunia, tidak memanipulasi alam, mengubah masyarakat dan mencari kesenangan bagi dirinya . akan tetapi, yang baik diperoleh melalui pencarian zat yang satu, dan dalam diri kita atau di luarnya.
Masyarakat Indonesia salah satunya yang masih berpegangan pada Kebudayaan timur, masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan yang masih rendah. Dilihat dari segi pendidikan Indonesia masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi kualitas pendidik, sarana prasarana, dan pemerataan pendidikan yang masih menemui berbagai kendala. Masih di temukan banyak anak-anak Indonesia yang putus sekolah bahkan tidak sekolah, itulah salah satu cermin bahwa Indonesia merupakan negara yang masih harus di benahi atau di perbaiki. Coba di bandingkan dengan Masyarakat Barat misalnya Amerika, disana pendidikan sangat diperhatiakan dan di jamin oleh pemerintah, sarana prasarana terjamin, pendidik yang profesional dll.
c.       Sistem organisasi masyarakat
Menurut F.H.L Hsu ( lihat karanganya : psychological Homeostatis and jen”.American Anthropologist, 73, 1971 :hlm. 23-44 ) ahli antropologi, psikologi, filsafat. Kesusastraan China Klasik mengajukan gagasan bahwa makhluk manusia mempunyai suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan rohaninya, yaitu orang-orang atau hal-hal yang menjadi subjek dari perasaan intim serta karib, dan bisa menjadi tujuan dari perasaanya yang berbakti. Baru kalau ada “ masyarakat hubungan karib “  dalam kehidupan rohaniah manusia, maka jiwanya hidup dalam suatu kesimbangan yang selaras, yang oleh Hsu di sebut keseimbangan homeostatis psikologi (psychological Homeostatis) .
Semua manusia yang lahir didunia, dimulai dari orang tua dan saudara sekandungnya. Inilah yang disebut “masyarakat hubungan karib” bentuk awal dari hubungan manusia. Dalam masyarakat yang bersuku bangsa di Indonesia dan dalam semua masyarakat dalam Asia (Bangsa Timur ) orang tua dan saudara-saudara itu akan menjadi “masyarakat karib” selama individu yang bersangkutan itu masih hidup. Orang-orang tersebut akan menjadi objek dari rasa kemesraanya, dalam masa kesulitan dan tekanan batin, maka orang-orang tadi itulah yang menjadi tempat berlindung dan sumber pertolongan pertama.  Di dalam masyarakat Barat “ masyarakat karib” dari tiap individu pada mula-mulanya juga akan terdiri dari orang tua serta saudara-saudara sekandungnya. Walaupun demikian , pada saat menginjak usia dewasa setiap individu akan memisahkan diri dari “ masyarakat inti “ mereka akan mencari orientasi dan menjalani jalan hidupnya sendiri. Terdapat suatu konsepsi yang mereka anggap memiliki nilai yang amat tinggi dan merupakan tema pokok dari nilai individualisme di dunia Barat, yaitu konsepsi bahwa “ Manusia yang sejati adalah manusia yang bisa mencari suatu hal sama sekali atas kemauanya sendiri”. Bagi manusia Barat yang sejati, itulah hidupnya yang harus dilakukannya pada saat mereka merasa sudah dewasa.
Demikian menurut Hsu sumber dari sikap kegigihan bangsa Barat terhadap hidup itu tak lain adalah tidak adanya sekelompok manusia yang secara otomatis dapat dianggap sebagai “lingkungan karib” itu. Mereka harus mencari itu dengan sendirinya dengan kegigihan mengeksplorasi lautan, benua-benua, meneliti alam, zat-zat atau hidup dalam laboraturium, mereka mengorbankan dirinya untuk kemanusiaan. Kegigihan hidup untuk mencari “ lingkungan karib “ sudah menjadi sikap hidup bagi manusia Barat, yang di bawanya kemana-mana. Itulah rahasia kesuksesan manusia Barat, ketika mereka berhasil maka mereeka akan benar-benar sukses, sebaliknya jika mereka gagal maka mereka akan sengsara.
Menurut Hsu, manusia Timur tidak memiliki sikap gigih seperti manusia Barat, karena salah satu kebutuhan pokok yaitu “lingkungan karib” tadi sudah ada secara otomatis, tidak perlu adanya usaha yang gigih untuk mencarinya, mereka hidup mengembangkan dengan selaras, puas, dan bahagia dengan apa yang dimilikinya, menikmati keindahan hidup sekitarnya, atau kalau hidup itu tidak indah melainkan penuh dosa dan kesengsaraan, maka sikap orang Indonesia itu adalah untuk tetap mencoba dan melihat unsur-unsur keindahan dalam kesengsaraan itu.
d.      Kesenian
Dari segi kesenian Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai seni baik seni musik, seni tari, seni teater dll. Salah satu seni yang sering di tampilkan di dunia adalah seni tari tradisional. Di indonesia memiliki berbagai macam jenis tari di setiap daerah di Indonesia. Misalnya tari Gambyong yang berasal dari Jawa Tengah dimana tari ini memiliki gerakan yang lemah gemulai dan di  iringi dengan lagu daerah yang memiliki ritmik santai. Tetapi pada kenyataanya kesenian ini jarang diminati, banyak faktor yang melatar belakangi ketidak sukaan atau minat masyarakat Indonesia seperti kuno atau ketinggalan zaman, sulit dll. Mereka lebih tertarik pada kesenian luar negeri atau dunia barat seperti Dance, Salsa dll. Mereka menggap bahwa tarian-tarian itu lebih menyenangkan dan lebih energik serta lebih modern. Untuk itu banyak anak muda Indonesia lebih memilih kesenian dari luar itu di bandingkan dengan kesenian yang dimiliki oleh negaranya sendiri.


e.       Mata pencaharian
Dari segi pencaharian masyarakat Indonesia kebanyakan bekerja sebagai petani, karena Indonesia merupakan negara yang agraris (sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah pertanian). Selain itu masyarakat Indonesia juga bekerja sebagai nelayan karena Indonesia dikelilingi oleh lautan yang luas dan memiliki hasil perikanan yang melimpah. Berbeda jauh dengan mata pencaharian manusia Barat yang kebanyakan dari mereka bekerja di kantor-kantor yang memiliki gedung-gedung besar.
Seiring dengan perkembangan zaman masyarakat Indonesia lebih meminati pekerjaan di kantor dibandingkan dengan bekerja sebagai petani. Semua itu dapat dilihat dari segi industri yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, banyaknya pabrik-pabrik dan kantor-kantor besar yang berada di Indonesia. Masyarakat Indonesia beranggapan bahwa dengan bekerja di kantor-kantor besar kehidupan dan kebutuhan mereka akan lebih terjamin dibandingkan dengan bekerja sebagai petani yang harus susah payah bekerja tetapi hasilnya sedikit dan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
f.       Bahasa
Sudah menjadi anggapan umum bahwa dalam perkembangan suatau peradaban, peranan bahasa pada umumnya sangat dominan, dan khususnya fungsi bahasa tertulis. Dalam Homo Pictus (simbolicus) kode- kode sebagai abstraksi dari realitas atau informasi tentang realitas itu merupakan alat utamanaya. Fungsi bahasa sebagai media komunikasi sedemikian esensial bagi proses pembudidayaan segala sesuatu dalam eksistensinya sebagai makhluk berbudi, sehingga seluruh pembendaharaan kebudayaan bangsa mengendap dalam bahasa. Bahsa sebagai gejala kultural yang utama bukanya semata- mata berfungsi sebagai media komunikasi, tetapi juga menjadi wahana pembudidayaan tiga dimensi kebudayaan diatas. Bahkan di bidang estetika, bahasa dibudidayakan untuk menjadi bentuk ekspresi dari perasaan estetis. Disini perlu disadari benar- benar perlu pembudidayaan bahasa, sehingga alam pikir manusia dapat dijinakkan. Sebab kekeliruan atau kekacauan pikiran serta bahasa akan mengacaukan dan mengaburkan alam pikiran serta gambaran tentang realitas yang dihadapinya.
Indonesia juga memiliki alat komunikasi atau bahasa nasional  yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialeg bahasa melayu. Sudah berabad- abad bahasa melayu dipakai sebagai alat penghubung antara penduduk Indonesia yang mempunyai bahsa yang berbeda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam kongres pemuda bahsa melayu diubah menjadi bahsa Indonesia yang diikrarkan pada sumpah pemuda sebagai bahasa pemersatu atau bahasa nasional. Dalam era globalisasi sekarang ini, bahasa Indonesia mendapat saingan berat dari bahasa Inggris. Semakin banyak orang Indonesia yang belajar yang menguasai bahas Inggris, yang tentu sajamerupakan hal positif dalam rangka pengembanagan ilmu dan teknologi. Akan tetapi ada gejala semakin mengecilnya perhatian orang terhadap bahsa Indonesia. Tampaknya orang lebih bangga memakai bahasa Inggris dari pada bahasa Indonesia, bahasa Indonesia yang dipakai juga banyak dicampur dengan bahsa Inggris, kekurang pedulian terhadap bahasa Indonesia akan menjadikan tantanagn yang sangat berat dalam pengembangan bahasa Indonesia.
g.      Teknologi dan Peralatan
Budaya zaman dahulu dengan budaya zaman sekarang, sangat berbeda sekali. Untuk melakukan sesuatu pekerjaan kita menggunakan bahan seadanya. Misalnya dari batang kayu, ranting dsb. Tetapi sekarang kita tidak perlu melakukannya, karena pada zaman sekarang teknologi semakin canggih, sehingga kita tidak perlu repot-repot melakukan pekerjaan yang kita anggap berat atau menyusahkan.
Dulu jika kita ingin mengirim surat, kita harus menyiapkan kertas, pulpen, amplop, lem dan perangko. Kemudian kita menulisnya dengan tangan,lalu memasukkannya kedalam amplop dan menuliskan alamat yang dituju yang disertakan perangko. Setelah itu kita pergi ke kantor pos untuk mengirimnya. Agar surat itu sampai ke orang yang kita tuju, harus memakan waktu hingga 3 hari. Beda halnya dengan zaman sekarang, untuk mengirim surat, kita bisa mengirim lewat email dengan memakan waktu beberapa menit saja sampai kepada orang yang kita tuju. Itulah canggihnya teknologi pada abad 21 sekarang ini. Tidak hanya mengirim surat yang menjadi instan, tetapi semuanya yang kita kerjakan pasti dibantu dengan teknologi. Walaupun teknologi sangat membantu kita dalam melakukan apa saja, tetapi banyak sekali negatifnya dalam budaya zaman sekarang:
1.      Budaya zaman dahulu orang-orangnya sangat rajin, tetapi pada saat budaya zaman sekarang orang-orang sangat ketergantungan pada teknologi sehingga menimbulkan rasa malas pada dirinya. Karena mereka beranggapan dengan menggunakan teknologi tidak perlu lagi mengeluarkan tenaga dan pikirannya.
2.      Selain rajin, orang-orang dulu sangat bersosialisasi bertemu dan bergabung dengan lingkungannya. Sekarang untuk bersosialisasi dan bergabung tidak perlu bertemu. Cukup dengan menggunakan teknologi maka bisa bersosialisasi. Ini menyebabkan orang-orang zaman sekarang lebih suka menyendiri dan tidak mau bergabung dengan yang lain (individualisme)
3.      Masalah lapangan pekerjaan. Dengan semakin canggihnya teknologi, semakin sedikit pula lapangan pekerjaan untuk orang-orang karena sudah tergantikan oleh teknologi. Ini berakibatkan menimbulkan kemiskinan yang semakin banyak.

Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Budaya Timur.Komunikasi adalah salah satu unsur penting di dalam kehidupan, apa lagi manusia adalah mahluk social. Manusia sekarang sudah semakin mudah dalam berkomunikasi. Ternyata arus informasi ini berdampak besar pada kehidupan kita. Lihat saja kehidupan pemuda sekarang. Dulu, berciuman bibir-ketemu-bibir dapat dikatakan sangat tabu. Seiring perkembangan jaman budaya berciuman bibir-ketemu-bibir, bak kacang kapri yang dapat ditemui di setiap warung, bahkan menjadi makanan favorit mungkin. Sedikit demi sedikit jika kita tidak bisa membentengi diri dengan memperkuat dimensi budaya kita, mungkin budaya kita nilai-nilainya akan tergeser.

Pengaruh Budaya Barat terhadap Budaya Indonesia

Posted by : muhammadsucahyo
Date :
With 1 komentar:
Next Prev
▲Top▲