IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR

| Sabtu, 18 Januari 2014
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR



Disusun Oleh:
                        Muhammad Sucahyo                         (A510120235)
                        Selvameidha Q P                                 (A510120204)
                        Lilis Ambar Wiratmi                         (A510120214)
                        Esti Nur S                                             (A510120211)
                        Tutut Anita Sari                                  (A510120222)     
                        Kuncoro                                                (A510120225)
                        Maya Exsanti                                      (A510120226)
                       


PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG MASALAH.
Pemahaman dasar mengenai karakteristik peserta didk sangat penting untuk dipetimbangkan dalam proses pembelajaran karena setiap mata pelajaran mempunyai  tujuan yang harus dicapai. Itulah sebapnya perkembangan peserta didik khususnya mengenai implementasi pendidikan anak usia sekolah dasar harus diberikan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran agar mendapatkan hasil yang lebih baik.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik. Pembahasan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai implementasi pendidikan anak usia sekolah dasar, sehingga dapat meningkatkan kualitas guru maupun calon guru sekolah dasar.

  1. RUMUSAN MASALAH
Rummmusan dari penulisan makalah ini :
  1. apa sajakah karakteristik anak usia sekolah dasar?
  2. Apa saja tugas tugas guru dalam mengembangkan perkembangan anak usia SD dan implikasinya dalam pendidikan?
  3. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia SD?

  1. TUJUAN.
Tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
  1. kita dapat mengetahetahui apa itu implementasi bagi anak usia sekolah
  2. kita dapat mengetahui pengertian karakteristik anak usia sekolah dasar.
  3. kita dapat menjelaskan berbagai tugas seorang guru dalam mengembangkan anak usia dini dan implikasi dalam sebuah pendidikan
  4. kita dapat menyelenggarakan pendidikan yang baik bagi anak usia dini.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Karakteristik Anak Usia Dasar (SD)
Menurut Sumantri dan Nana Syaodih (2006) karakteristik anak pada usia SD adalah :
1.      Senang bermain
Pada umumnya anak SD terutama kelas rendah itu senang bermain namun perlu juga di pahami, bahwa pembelajaran di SD tidak selalu menunjukkan permainan, tapi perlu pembelajaran yang serius, santai dan menyenangkan. 
2.      Senang bergerak
Anak SD masih senang untuk bergerak dan pindah tempat duduk walau dalam kelas. Oleh sebab itu seorang guru dalam rancanagn pembelajaran perlu mempertimbangkan karakteristik anak yang masih senang bergerak.
3.      Senang bekerja dalam kelompok
Melalui pergaulan dengan kelompok sebaya anak belajar aspek penting sosialisasi seperti :
a.       Belajar memenuhi aturan kelompok
b.      Belajar setia kawan
c.       Belajar mandiri
d.      Mempelajari perilaku yang dapat di terima lingkungan
e.       Belajar menerima tanggung jawab
f.       Belajar bersaing secara sehat
g.      Belajar kekompakan
h.      Belajar keadilan dan demokrasi.
4.      Senang merasakan atau melakukan sesutu secara langsung
Berdasarkan teori psikologi perkembangan anak SD memasuki tahap operasi konkrit. Pada masa ini anak belajar membentuk konsep tentang angka, ruang, waktu, fungi badan, peran jenis kelamin, moral dsb. pembelajaran di SD akan cepat di pahami apabila anak dilibatkan langsung melakukan atau praktik yang di ajarkan guru.

B.     Tugas – Tugas Perkembangan Anak Usia SD dan Implikasinya Dalam Pendidikan
Manusia selama hidup dan kehidupannya mengalami tahap perkembangan. Setiap tahap menunjukkan karakteristik dan kebutuhannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka setiap individu mempunyai tugas – tugas perkembangan untuk memenuhinya.
Perincian tugas – tugas perkembangan anak SD menurut Havigust (1961) dan implikasinya terhadap pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut :
1.      Pembelajaran keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan sehari – hari .
Siswa SD dituntut untuk menguasai keterampilan fisik antara lain :  keterampilan dalam menangkap, melempar, menendang, berguling, dll. Memperhatikan karakteristik keterampilan fisik tersebut maka tugas perkembangan anak pada usia SD adalah mengembangkannya. Melalui pembelajaran yang berorientasi pengembangan keterampilan fisik dapat mengembangkan pula rasa solidaritas diantara teman sebaya.
2.      Membangun keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh.
Pada umumnya anak usia SD telah terjadi pertumbuhan fisik secara pesat. Anak SD sudah waktunya mulai dikenalkan pendidikan seks baik dari pihak sekolah maupun keluarga, dengan harapan anak tidak mengarah pada pergaulan bebas. Sekolah hendaknya memperhatikan kesulitan dan permasalahan siswa serta memberikan bimbingan dan konseling baik secara individual maupun kelompok. Hal ini bertujuan agar anak mencapai keutuhan dan keseraian sikap dirinya sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh secara optimal.
3.      Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
Anak pada usia SD mulai belajar tidak bergantung pada lingkungan keluarga. Proses pembelajaran dalam memasuki kelompok sebaya merupakan proses pembelajaran “ kepribadian sosial ” yang sesungguhnya. Anak belajar bagaimana memerlakukan teman – teman secara bersahabat, bermain jujur dalam bermain dan sebagaiya. Pemenuhan tugas perkembangan ini membawa implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan di SD. Sekolah merupakan tempat yang kondusif bagi kebanyakan siswa untuk belajar bergaul dan bekerja bersama teman sebaya. Guru harus terampil mempelajari dan memahami budaya teman pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Melalui sosiometri guru dapat mempertimbangkan tingkat kecerdasan, pendekatan pergaulan, struktur sosial ekonomi keluarga dan lain sebagainya.
4.      Mempelajari peran sosial sebagai pria dan wanita
Secara kodrati pria dan wanita berbeda, baik secara jasmani maupun rohani. Maka tugas perkembangan antara siswa pria dan wanita juga berbeda sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Mulyani Sumantri dan Nana syaudih (2006) dalam mencapai tugas perkembangan perbedaan anatomi tidak menuntut jenis kelamin selama anak sekolah dasar. Tubuh anak laki-laki dan perempuan tumbuh dengan baik melalui aktifitas fisik, baru mulai usia 9 / 10 tahun terdapat perbedaan anatomi.
 Berkenaan dengan peran anak sesuai dengan jenis kelamin telah  diawali dalam asuhan keluarga. Dalam hal ini sekolah hendaknya lebih menekankan pada fungsi perbaikan jika ada anak yang mengalami hambatan dalam pencapaian tugas perkembanagn ini.
5.      Pengembangan ketrampilan dasar membaca, menulis dan berhitung.
Secara kronologis anak SD sudah cukup matang untuk mengembangkan keterampilan membaca, menulis dan berhitung (calistung).Keterampilan ini telah dikenalkan pada masa sekolah TK. Khusus berkenaan ketrampilan membca, berdasarkan hasil study psikologis menunjukkan, bahwa membaca dipelajari oleh kebanyakan masyarakat hingga usia dua belas atau tiga belas tahun. Kecepatan membaca dalam hati dan kemauan membaca bersuara jarang meningkat lagi setelah usia tersebut. Namun tentang kemampuan dalam mengambil makna isi bacaan terus bertambah selama ia belajar.
Ketrampilan menulis sejalan dengan mambaca, bahwa penguasaan menulis dipengaruhi oleh frekuensi anak melakukan/ belajar menulis. Karena menulis memerluakn kebiasaan penggunaan aktifitas fisik/tangan. Pada anak usia SD sudah mencapai kematangan dalam hal aktivitas fisik/ tangan. Keterampilan berhitung berkembang hingga usia dua belas atau tiga belas tahu, dan jarang berkembang lagi jika tidak melanjutkan ke sekolah menengah atau perguruan tinggi.


6.      Pengembangan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
Manusia hidup tidak lepas dengan lingkungan sekitar baik        l maupun non sosial. Keterkaitan manusia dengan lingkungannya maka ia harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Untuk dapat menyesuaikan diri maka ia perlu memahami dan mengembangkan konsep-konsep tertentu yang perlu dalam kehidupan sehari-hari. Tugas perkembangan ini menuntut anak usia SD untuk memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk bisa berfikir efektif berkenaan dengan pekerjaan, kewarganegaraan, dan peristiwa-peristiwa sosial.
Secara psikologis pada saat anak siap memasuki sekolah, ia sebenarnya telah memiliki perpendaharaan banyak konsep, terutama konsep-konsep yang sederhana, seperti: konsep tempat (di rumah, di di kamar, depan, belakang, atas, bawah, dan alin-lain). Konsep makanan, seperti: nasi goreng, bakso, soto, roti/kue, tempe, tahu dan lain-lainnya. Konsep waktu, seperti: pagi, siang, malam, cepat. Konsep warna, seperti: merah, hijau, kuning, hitam, putih, coklat. Konsep nilai, seperti: sopan-santun, baik-buruk, salah-benar.
Berkenaan dengan tugas-tugas perkembangan tersebut, maka sekolah merupakan tempat yang kondusif untuk mempelajari sejumlah konsep dalam kehidupan. Kurikulum sekolah hendaknya memberikan pengalaman dan pembelajaran yang sekonkret mungkin terutama pada kelas-kelas bawah. Hal ini akan membantu anak dalam membangun konsep-konsep baru berdasar hal-hal yang nyata, misalnya tentang konsep yang berhubungan dengan waktu, ruang, tempat dan angka.
7.      pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai
Aspek perkembanagn kata hati moral dan nilai-nilai telah diawali sejak dalam lingkungan keluarga. Melalui proses identifikasi terhadap kedua orang tua anak mengembangkan sendiri “peringatan dan hukuman” sebagai perwujudan kata hati. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berperan pentingdalam perkembanagn kata hati, moral dan nilai-nilai melalui proses pembelajaran. Bimbingan merupakan tehnik untuk membantu siswa yang mengalami hambatan yang berkaitan dengan pengembangan ini.
8.      Mencapai kemandirian pribadi
Tugas perkembangan ini menuntut anak usia SD mampu menjadi di yang mandiri. Kemandirian ini ditujukan pada kemampuan membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar / sekolahnya tanpa harus selalu diarahkan oleh guru maupun orangtua.
Sehubungan tugas pencapaian kemandirian ini, maka guru dalam melaksanakan proses pembelajarannya mengacu pada kemandirian. Baik kemandirian individual maupun kemandirian dalam tugas – tugas kelompok.

C. Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Sekolah Dasar .
Pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD) adalah pendidikan yang paling lama penyelenggaraanya (6 tahun) dibanding jenjang pendidikan yang lain. Pada jenjang inilah kemampuan dan keterampilan dasar dikembangkan, baik sebagai bekal untuk pendidikan lanjutan maupun untuk terjun kemasyarakat. Studi longitudinal yang dilaksanakan blom (1964) memberikan gambaran bahwa prestasi akademik umum pada kelas 3 sekolah menengah diperkaya oleh prestasi akademik pada akhir tahun kelas 3 SD.
Hasil penelitian ini memberikan pemahaman, bahwa:
1.      Tahun tahun pertama anak belajar di SD berpengaruh sangat signifikan terhadap sikap anak terhadap sekolah dan pola pola pencapaian prestasi tahap tahap selanjutnya.
2.      Perilaku anak pada usia 6 sampai 10 tahun memiliki kadar prediksi yang tinggi bagi perilakunya nanti saat dewasa (Dinkmeyer dan Caldwwel, 1970)
Kebijakan pemerintah RI tentang penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar diatur pada beberapa peraturan perundang undangan antara lain:
1.      Permen Dikanas Nomor 19 tahun 2007 tentang “Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”. Peraturan ini memberikan acuan tentang (1) perlunya merumuskan visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, (2) kurikulum mengarah pada KTSP, (3) Perlunya sekolah kemitraan.
2.      Permen Diknas Nomor 20 tahun 2007 tentang “Standar penilaian pendidikan” peraturan ini menyangkut beberapa hal, seperti  (1) prinsip prinsip penilaian, (2) teknik dan instrumen penilaian, (3) mekanisme dan prosedur penilaian, (4) pelaksanaan penilaian oleh pendidik.
3.      Permen Diknas Nomor 24 tahun 2007 tentang “Standar Sarana dan Prasarana”. Peraturan ini meliputi antara lain: lahan (tanah), bangunan (gedung), ketentuan ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium, ruang pimpinan atau guru, tempat ibadah, UKS, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain atau olahraga.
4.      Permen Dikanas Nomor 39 tahun2007 tantang “ Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional” (UASBN)
5.      Pemerintah jugha memberlakukan peraturan pemerintah Nomor 14 tahun 2005 tentang “Guru dan Dosen”. Peraturan ini menuntut adanya kualifikasi guru/pendidik , bahwa guru atau pendidik dari tingkat sekolah TK  hingga sekolah menengah harus berijazah S1 pendidikan.
Kebijakan pemerintah yang lain misalnya : ditetapkanya pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sekoah sembilan tahun. Program ini telah dicanangkan oleh pre3siden suharto pada tanggal 2 Mei 1994, yaitu pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sebilan Tahun (Wajar Diknas 9 Tahun) untuk anak usia 7 sampai dengan 15 tahun.

















BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Karakteristik Anak Usia Dasar (SD)
1.      Senang bermain
2.      Senang bergerak
3.      Senang bekerja dalam kelompok
4.      Senang merasakan atau melakukan sesutu secara langsung
Tugas – Tugas Perkembangan Anak Usia SD dan Implikasinya Dalam Pendidikan
1.      Pembelajaran keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan sehari – hari .
2.      Membangun keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh.
3.      Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
4.      Mempelajari peran sosial sebagai pria dan wanita
5.      Pengembangan ketrampilan dasar membaca, menulis dan berhitung.
6.      Pengembangan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
7.      pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai
8.      Mencapai kemandirian pribadi

B.   Saran
Kita sudah tau bagaimana dan seperti apa karakteristik anak usia SD maka dari itu kita sebagai orang yang lebih dewasa harus dapat mengimplementasikannya secara maksimal dengan cara memberikan sarana dan prasarana sebagai tempat untuk mengimplementasikan kegiatan tau hal hal yang ingin mereka lakukan. Seperti, bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Dengan demikian perkembangan pada anak tersebut tidak akan terhambat karena pada semasa kecilnya ini ia telah mengimplementasikan hal yang dia inginkan secara maksimal.




DAFTAR PUSTAKA


Marsudi, Saring , Rubino Rubiyanto, an Sri Hartini. 2011. Perkembangan Peserta
Didik. Surakarta : UMS Pres.


2 komentar:

Next Prev
▲Top▲