UNSUR KEBUDAYAAN ACEH

| Rabu, 11 Februari 2015

A.    Bahasa
Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia dan luas wilayahnyapun tidak terlalu besar juga, namun demikian provinsi aceh memiliki beragam bahasa kebudayaan. Bahasa kebudayaan di provinsi aceh akan kita bahas sebagai berikut ini.
1.      Bahasa Alas
Orang Alas berasal dari kabupaten Aceh Tenggara yang disebut Tanah Alas. Kata “alas” sendiri dalam bahas Gayo berarti “tikar”, dan nama ini ada hubungannya dengan keadaan wilayah pemukiman orang Alas yang terbentang luas seperti tikar terkembang di sela-sela Bukit Barisan. Jumlah penduduknya diperkirakan sekitar 90.000 jiwa lebih.
          Sebagai alat komunikasi sehari-hari orang Alas menggunakan bahasa sendiri, yaitu bahasa Alas. Penggunaan bahasa ini dibedakan atas beberapa dialek, seperti dialek Hulu, dialek Tengah, dan dialek Hilir. Dengan demikian orang Alas dibedakan berdasarkan penggunaan dialek bahasa tersebut.
halus        
  Sedang
  kasar
         indonesia  
Medaun  
mangan 
numbai
Makan
batang ruang
Bilek
kasmedun       
Kamar
nadingken
Mate
manggil          
Mati
metempat
Kawin
mijudu
berumah tangga


2.      Bahasa Aneuk Jamee
Sukubangsa Anak Jamek atau Aneuk Jamee di kecamatan Samadua dan Manggeng, Kabupaten Aceh Selatan. Jumlah populasinya diperkirakan sekitar 14.000 jiwa. Aneuk Jamee dalam bahasa Aceh secara harfiah berarti “anak tamu” atau pendatang.
          Dilihat dari segi bahasa, kosa kata bahasa Aneuk Jamee yang berasal dari bahasa Minangkabau lebih dominasi daripada kosa kata bahasa Aceh. Penggunaan bahasa Aneuk Jamee dibedakan atas beberapa dialek, antara lain dialek samadua dan dialek Tapak Tuan.
Pengucapan dalam bahasa jamee :
“ Ambo kinin tangah sakola “
keterangannya: Ambo (saya) kinin (kini/sekarang) tangah(sedang) sakola (sekolah).
3.      Bahasa Gayo
Orang Gayo berdiam di Kabupaten aceh Tengah, sebagian lain di Kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Timur, terutama di sekitar Danau Laut Tawar. Tempat bermukim orang Gayo disebut tanoh Gayo (Tanah gayo). Diperkirakan jumlah orang Gayo seluruhnya sekitar 120.000 jiwa.
Bahasa Gayo digunakan dalam percakapan sehari-hari. Penggunaan bahasa gayo dibedakan atas beberapa dialek, seperti dialek Gayo Laut yang terbagi lagi menjadi sub-dialek Lut dan Deret, dan dialek Gayo Luwes yang meliputi sub-dialek Luwes, Kalul, dan Serbejadi.
4.      Bahasa Simeuleu
Sukubangsa ini mendiami Pulau Simeuleudi Kabupaten Aceh Barat. Jumlah penduduknya sekarang diperkirakan sekitar 60.000 jiwa. Pulau ini dikenal pula dengan  nama pulau Ue atau pulau kelapa, karena daerah ini banyak-banyak menghasilkan kelapa. Nama Simeuleu dalam bahasa Aceh berarti “cantik”. Pulau Simeuleu dikenal dengan nama Simalur dan Simalul.
5.      Bahasa Tamiang
Orang Tamiang mendiami beberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Timur, yang dahulu merupakan wilayah administratif Kawedanan Tamiang. Diperkirakan  saat ini orang tamiang berjumlah sekitar 125.000  jiwa lebih.
Orang Tamiang memiliki bahasa sendiri, yaitu bahasa Tamiang, yang kebanyakan kosa katanya mirip dengan bahasa melayu. Bahkan ada yang mengatakan, bahwa bahasa Tamiang merupakan salah satu dialek dari bahasa Melayu. Bahasa Tamiang ditandai oleh mengucapkan huruf R menjadi Gh, misalnya kata “orang” dibaca menjadi oghang. Sementara itu huruf Tsering C, misalnya kata “tiada”dibaca “ciade”.
6.      Bahasa Gumbak Cadek
Sukubangsa ini dikenal pula dengan nama orang Muslim Gunung Kong atau Orang Cumbok. Dalam pergaulan sehari-hari orang Gumbak Cadek menggunakan suatu bahasa yang merupakan gabungan dialek Aceh Gayo.

B.     Sistem Teknologi dan Peralatan
Orang Aceh terkenal sebagai prajuri-prajurit tangguh penentang penjajah, dengan bersenjatakan rencong, ruduh (kelewang), keumeurah paneuk (bedil berlaras pendek), peudang (pedang), dan tameung (tameng). Senjata-senjata tersebut umumnya dibuat sendiri.
Sampai sekarang modernisasi dalam bidang teknologi banyak kelihatan, terutama pada masyarakat yang tinnggl di pedalaman. Namun demikian, akhir akhir ini telah mulai ada reaksi terhadap anjuran anjuran pemerintah untuk menggunakan teknologi modern dalam hal pertanian, seperti pupuk buatan, penyemprotan hama dan lain sebagainya.
Mereka juga memiliki pabrik pabrik perinduustrian yang di dunakan untuk mengolah hasil hasil perkebunan mereka seperti hasil perkebunan kelapa sawit, tebu, tembakau, karet dan lain sebaginya sehingga dapat dikatakkan bahwa teknologi yang mereka miliki saat ini tidak kalah dengan daerah daerah yang lain bahkan juga bisa dikatakan lebih maju dari daerah daerah yang lain.
Dengan singkat, potensi untuk pembangunan daerah orang aceh, yang untuk sementara terletak dalam sektor pertanian, cukup ada. Sedangkan untuk sektor sektor peruamahan penduduk atau pembangunan itu perlu ditingkatkan.


C.    Sistem Mata Pencaharian (perekonomian)
Sejak zaman dahulu provinsi Nanggroe Aceh Darusalam merupakan salah satu provinsi terkaya di indonesia. Kesuburan tanahnya telah menghasilkan berbagai komudotas pertanian unggulan. Misalnya, padi sayur sayuran dan buah buahan. Bahkan kabupaten aceh utara telah menjadi lumbung padi di provinsi tersebut.
1.      Bercocok Tanam
Sehingga dengan demikian kebanyakan orang orang Aceh umumnya hidup sebagai petani. Sektor perkebunan memberi hasil yang melimpah. Hasil perkebunan tersebut diantaranya tembakau, kelapa sawit, kopi, karet, kapuk, lada, tebu, tembakau, nilam, kcang mede dan pinang. Daerah perkebunan utamanya terdapat di daerah kebupaten aceh timur. Dikabupaten ini pula dikembangkan industri indutri perkebunan.
2.      Peternakan Sapi dan Kerbau
Peternakan sapi dan kerbau banyak dilakukan penduduk di Aceh. Hampir setiap rumah penduduk kelihatanya memiliki sapi maupun kebau. Kebanyakan dari peternak peternak itu mempunyai tugas khusus untuk menarik bajak, sedangkan funsi lainya adalah sekedar untuk desembelih maupun dijual.
3.      Berdagang.
Perdagangan merupakan aktivitas terpentig masyarakat aceh. Yang menjadi objek perdagangan adalah hasil sawah yang berupa padi dan binatang  ternak seperti sapi dan kerbau. Dari penjualan padi itu mereka belikan bermacam macam kebutuhan lain. Bagi yang mempunyai hasil ladang, hasilnya itu mereka jadikan sebagai alat untuk menambah ppenghasilan. Mata uang boleh dikatakan telah mereka kenall sejak dulu. Pada ssaat ini mereka tellah dapat mempergunakan bank sebagai tempat penyimpanan uang dan telah mengenal sistem pembayaran dengan menggunakan cek.
4.      Perindustri
Perindustrian juga sudah sejak lama dibangun di Aceh. Industri pupuk juga telah lama berkembang dan sekarang menjadi salah satu indtri terbesar di Aceh. Pupuk yang dihasilkan itu seperti pupuk AAF dan PIM. Selain itu, terdapat pula ribuan indutri rumah tangga. Dikabupaten aceh timur terdapat beberapa kawasa indutri. Industri yang dikembangkan antara lain indutri kayu lapis, pabrik lem, pabrik kertas, pabrik minyak kelapa sawit dan pengolahan hasil bumi lainya.
5.      Nelayan
Diprovinsi ini juga ada kawasan perairan yang kaya akan sumber daya ikan. Sepanjang pantai timur, pantai uutara dan pantai barat merupakan perairan potensial untuk wilayah perikanan. Hasil hasil perikanannya berupa ikan air laut, ikan air tawar dan udang. Sehingga sebagian dari mereka juga bermata pencaharian sebagi nelayan.
Kekayaan provinsi nanggroe aceh darusalam tidak terlepas dari kandungan bahan mineral yang terdapat di provinsi ini. Minyak mentah, gas alam cair, emas dan perak merupakan kekayaan bumi nanggroe aceh darusalam. Gas alam cair ditemukan dikabupaten aceh utara tepatnya di Arun Lhokseumawe. Gas alam cair ini telah diolah oleh PT Arun LNG. Industri pengolahan gas alam cair ini telah berlangsung sejak 1974.

D.    Sistem Organisasi Sosial
1.      Sistem Kekerabatan
Dalam sistem kekerabatan, bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga inti dengan prinsip keturunan bilateral. Adat menetap sesudah menikah bersifat matrilokal, yaitu tinggal di rumah orangtua istri selama beberapa waktu. Sedangkan anak merupakan tanggung jawab ayah sepenuhnya.
Dalam sistem kekerabatan tampaknya terdapat kombinasi antara budaya Minangkabau dan Aceh. Garis keturunan diperhitungkan berdasarkan prinsip bilateral, sedangkan adat menetap sesudah nikah adalah uxorilikal (tinggal dalam lingkungan keluarga pihak wanita). Kerabat pihak  ayah mempunyai kedudukan yang kuat dalam hal pewarisan dan perwalian, sedangkan ninik mamak berasal dari kerabat pihak ibu. Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga inti yang disebut rumah tangga. Ayah berperan sebagai kepala keluarga yang mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggung jawab seorang ibu yang utama adalah mengasuh anak dan mengatur rumah tangga.
2.      Sistem Pelapisan Sosial
Pada masa lalu masyarakat Aceh mengenal beberapa lapisan sosial. Di antaranya ada empat golongan masyarakat, yaitu golongan Keluarga Sultan, Golongan Uleebalang, Golongan Ulama, dan Golongan Rakyat Biasa. Golongan keluarga sultan merupakan keturunan bekas sultan-sultan yang pernah berkuasa. Panggilan yang lazim untuk keturunan sultan ini adalah ampon untuk laki-laki, dan cut untuk perempuan. Golongan uleebalang adalah orang-orang keturunan bawahan para sultan yang menguasai daerah-daerah kecil di bawah kerajaan. Biasanya mereka bergelar Teuku. Sedangkan para ulama atau pemuka agama lazim disebut Teungku atau Tengku.
Pada masa masyarakat Tamiang dikenal penggolongan masyarakat atas tiga lapisan sosial, yakni ughang bangsawan, ughang patoot, dan ughang bepake. Golongan pertama terdiri atas raja beserta keturunannya. yang menggunakan gelar Tengku untuk laki-laki dan Wan untuk perempuan; golongan kedua adalah orang­orang yang memperoleh hak dan kekuasaan tertentu dari raja, yang memperoleh gelar Orang (Kaya); dan golongan ketiga merupakan golongan orang kebanyakan.
3.      Sistem Kemasyarakatan
Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).

E.     Sistem Pengetahuan dan Pendidikan
Suku Aceh memiliki sistem pengetahuan yang mencangkup tentang fauna, flora, bagian tubuh manusia, gejala alam, dan waktu. Mereka mengetahui dan memiliki pengetahuan itu dari dukun dan orang tua adat.
Pendidikan agama di aceh merupakan pendidikan yang universal bagi setiap anak sejak umur 7 tahun. Pertama mengikuti pendidikan di meunasah (madrasah). Setelah di Maadrasah merka melanjutkan di pesantren sampai berumur 15 tahun keatas.
Disamping pendidikan agama disediakan juga pendidikan umum, yang dimaksudkan pendidikan yang berada dibawah pengawasan departemen pendidikan dan kebudayaan. Pendidikan umum sudah ada sejak jaman belanda dan lebih meningkat sejak kemerdekaan indonesia. Sejak itu di Aceh setiap mukim didirikan sebuah sekolah dasar sedangkan disetiapp kecamatan didirikan sekolah menengah pertama, kemudia sejak tahun 1957 di dirikan sekolah menengah atas dikabupaten kabupaten. Sedangkan untuk melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi (perguruan tinggi) kebanyakan dari mereka pergi ke Jawa. Sebagian yang lain melanjutkan di Unversitas Sjah Wuala yang berdiri dari tahun 1959.

F.     Sistem Religi
Aceh termasuk salah satu daerah yang paling awal menerima agama Islam. Oleh sebab itu propinsi ini dikenal dengan sebutan "Serambi Mekah", maksudnya "pintu gerbang" yang paling dekat antara Indonesia dengan tempat dari mana agama tersebut berasal. Agama islam lebih menonjol dalam segala bentuk dan manivestasi di dalam masyarakat, biarpun pengaruh adat tidak hilang sama sekali. Pengaruh agama terhadpa kehidupan masyarakat sangat berhubungan dengan kerohanian dan kepribadian seseorang yang mempengaruhi sifat kekeluargaan seperti pernikahan, harta waris, dan kematian. Dengan berlakunya syariah islam di Aceh, maka seluruh pelanggaran antara orang-orang maupun golongan lebih banyak diputuskan berdasarkan hukum islam.
Walaupun orang Aceh hampir semuanya beragama islam namun terdapat juga gereja di Aceh. Gereja-gereja ini umumnya didirikan oleh Belanda dan sedikit adanya gereja-gereja baru. Catatan resmi tentang jumlah gereja di Aceh tidak ada. Kecuali catatan tahun 1954 yang menyatakan jumlah gereja di Aceh 36 buah.


G.    Kesenian
Wilayah Aceh kaya akan tradisi dan budaya. Lagu daerahnya yaitu “Piso Suri” Bungong Jeumpa”. Tarian dari daerah ini antara lain tari Seudati, tari Saman, tari Meusekat, tari Ular-Ular , tari Guel Randai. Tari Seudati merupakan tari yang paling terkenal, bahkan ke mancanegara. Tari ini dimainkan oleh beberapa orang. Keunikan tarian ini yaitu ketangkasan, kecepatan, dan kekompakan para penarinya.
Seni hias khas Aceh yaitu bentuk pilin berganda. Seni hias ini biasa digunakan pada ukiran kain tenun. Bentuk pilin berganda terdiri atas susunan lima huruf. Senjata tradisionalnya yaitu Rencong. Pegangan rencong biasanya terbuat dari besi yang bertulisan ayat-ayat Alquran. Selain rencong, terdapat pula kesenian tradisional lainnya, yaitu Pedang Daun tebu (digunakan oleh panglima perang) dan Rendeuh (digunakan prajurit).

Rumah adat daerah aceh adalah rumoh aceh. Rumoh aceh inii berbentuk Rumah Panggung yang terbuat dari kayu meranti. Rumoh aceh terdiri atas tiga serambi yaitu Seuramoe keu (Serambi deoan), rumah inong (serambi tengah), dan seuramoe likot (serambi belakang). Selain itu, terdapat pula rumah adat untuk menyimpan padi (lumbubg padi), yaitu krong pade atau berandang. Selain itu, ada juga makanan khas. Makanan kas tersebut antara lain gulai, timpan, daging masak pedas, dan masak udang cumi.

1 komentar:

  1. Boleh lah lumayan juga artikel nya


    http://www.marketingkita.com/2017/08/pengertian-retailer-secara-umum-dalam-ilmu-marketing.html

    BalasHapus

Next Prev
▲Top▲