KEBUDAYAAN BALI

| Rabu, 11 Februari 2015

A. Bahasa

            Sebagai salahsatu hal terpenting dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari para pelaku kehidupan. Begitu juga dengan masyarakat di Bali. Masih menjunjung tinggi kebudayaan asli, masyarakat disana masih menggunakan bahasa Bali pada kesehariannya. Keberadaan bahasa Bali memiliki variasi yang cukup rumit karena adanya sor-singgih yang ditentukan oleh pembicara, lawan bicara, dan hal-hal yang dibicarakan. Secara umum, variasi bahasa Bali dapat dibedakan atas variasi temporal, regional, dan sosial. Dimensi temporal bahasa bali memberikan indikasi kesejarahan dan perkembangan bahasanya meski dalam arti yang sangat terbatas. Secara temporal bahasa Bali dibedakan atas bahasa bali Kuno yang sering disebut deengan bahasa Bali Mula atau Bali Aga, bahasa Bali Tengahan atau Kawi Bali, dan bahasa Bali Keparayang sering disebut Bali Baru atau bahasa Bali Modern. Secara regional, bahasa Bali dibedakan atas dua dialek, yaitu dialek Bali Aga (dialek pegunungan) dan dialek Bali Dataran (dialek umum, lumrah) yang masing-masing memiliki ciri subdialek tersendiri. Berdasarkan dimensi sosial, bahasa Bali mengenai adanya sistem sor-singgih atau tingkat tutur bahasa Bali yang erat kaitannya dengan sejarah perkembangan masyarakat Bali yang mengenal sistem wangsa (warna), yang dibedakan atas golongan triwangsa (Brahmana, Ksatriya, Wesia) dan golongan Jaba atauSudra (orang kebanyakan). Berdasarkan strata sosial ini, bahasa Bali menyajikan sejarah tersendiri tentang tingkat tutur kata dalam lapisan masyarakat tradisional di Bali. Di sisi lain, dalam perkembangan masyarakat bali pada zaman modern ini terbentuklah elite baru yang termasuk kelas kata yang tidak lagi terlalu memperhitungkan kasta. Elite baru (golongan pejabat, orang kaya) selalu disegani dan dihormati oleh golongan bawah dan ini tercermin pula dalam pemakaian bahasanya. Bahasa Bali juga digunakan selain di Bali, juga di Mataram bagian barat dan Jawa bagian Timur seperti Banyuwangi.

B. Sistem Pengetahuan

            Masyarakat bali sudah dapat dikatakan maju dalam bidang pengetahuan. Arif memanfaatkan sumber daya sumber daya yang ada, menjadikan masyarakat Bali jauh lebih bijak dan kreativ dalam pengolahan sumberdayanya melalui pengetahuan. Salah satu bukti nyata majunya pengetahuan masyarakat di Pulau Bali dapat dilihat pada sistem persawahan yang ada di sekitar pedesaan di Bali. Tercatat sejak abad ke – 11 semua petani yang lahannya diairi oleh saluran irigasi yang sama menjadi satu kelompok kerja irigasi atau termasuk dalam satu Subak. Merupakan sebuah lembaga adat yang mengatur pembangunan dan pemeliharaan bangunan pengairan, suplai air irigasi yang didistribusikan secara adil, merata sehingga tidak pernah ada perselisihan dalam pembagian irigasi air. Selain pengaturan irigasi air, subak juga mengatur penanaman benih dan pemindahan benih sampai benih siap untuk ditanam secara optimal. Secara tradisi, kepala subak memiliki sawah yang terletak dipaling bawah, sehingga air irigasi mengalir terlebih dahulu ke sawah lain baru ke sawah kepala Subak. Untuk menjaga keharmonisan dalam Subak, segala sesuatu kegiatan yang akan dilaksanakan harus melalui sistem perizinan serta penyerahan persembahan. Subak membuktikan kemajuan pengetahuan masyarakat Bali dengan manfaat, untuk kelancaran air sehingga terhindar dari erosi, menghindari hama Nilaparphata ligens, menjamin sumber daya air tidak terkontaminasi racun, kalender kegiatan pertanian diseragamkan, efisien penggunaan sumberdaya alam, memutus hama, dan integrasi kebudayaan.

C. Organisasi Sosial

            Dasar-dasar pokok sistem sosial kemasyarakatan orang Bali menurut Geria (2000:63) bertumpu pada empat landasan utama, yaitu kekerabatan, wilayah, agraris, dan kepentingan khusus. Ikatan kekerabatan telah membentuk sistem kekerabatan dan kelompok-kelompok kekerabatan. Sistem kekerabatan masyarakat Bali umumya berlandaskan prinsip patrilineal. Kelompok-kelompok kekerabatan merentang dari unit terkecil, yaitu keluarga inti, meluas ke unit menengah keluarga luas, sampai dengan klan patrilineal. Ikatan kesatuan wilayah terwujud dalam bentuk komunitas desa adat dengan sub-sistemnya banjar-banjar. Dalam bidang kehidupan agraris berkembang organisasi subak. Selanjutnya, dalam ikatan kelompok-kelompok kepentingan khusus terwujud sebagai organisasi seka (organisasi kepemudaan yang lebih condong ke pemahaman kehinduan dan keagamaan).

D. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

            Selain menunjukan kemajuan dalam bidang pengetahuan, Subak dalam peradaban Bali juga menunjukan sebuah kemajuan teknologi yang sudah maju. Terbukti struktur pembuatan terasering di sawah Bali sangat tertata rapi, sistematis. Juga tercermin dalam pengaturan tata letak ruang dan bangunan, yang dimulai dari gapura, lalu paling depan ada pura, hingga ke rumah utama serta ruangan ruangan lain yang memiliki simbol dan filosofi sendiri. Sistem peralatan hidup di Bali juga tercermin dari penemuan peninggalan gerabah Arikamedu dari India. Yang dapat dikatakan bahwa sistem peralatan hidup di Bali sudah modern.

E. Sistem Mata Pencaharian

            Berdasarkan temuan prasasti yang diperoleh dari peninggalan zaman kerajaan Hindu Bali Kuna, dijelaskan dalam prasasti tersebut bahwa masyarakat Bali kuna bermata pencaharian sebagai petani atau bercocok tanam. Prasasti dari raja Marakata diungkapkan istilah amabaki (buka tanah), mluku (membajak), atanem (menanam padi), amantum(menyiangi), ahani (menuai), anutu (menumbuk). Walaupun konsep tatanan sumber mata pencaharian masyarakat Bali saat ini sudah jauh berkembang meskipun tidak meninggalkan konteks pertanian. Misal di Bedugul Kabupaten Tabanan, warga disana bercocok tanam, bukan hanya padi tapi juga sayur mayur, bunga, buah serta beternak sapi dan babi. Di dataran rendah seperti di dekat laut Kuta, Seminyak, Jembrana masyarakatnya juga menjadi nelayan. Lalu Ubud di Kabupaten Gianyar sebagai pusat kerajinan dan peristirahatan masyarakatnya mengandalkan sektor pariwisata yakni menjual souvenir handycraft, membuka penginapan. Di Kabupaten Klungkung menjadi coach diving, usaha spa hotel rumah makan serta pengusaha pariwisata lain terletak di Kabupaten Badung.

F. Sistem Religi

            Masyarakat Pulau Bali sudah sejak dulu terkenal sebagai penganut agama Hindu. Konsep ini sudah ada sejak turun temurun nenek moyang masyarakat Bali. Pokok ajaran Hindu adalah ketercapaian keseimbangan dan kedamaian hidup secara lahir batin. Konsep Ketuhanan Hindu mempercayai Tuhan dalam 3 wujud atau TRIMURTI yakni Brahmana, Wisnu, Siwa. Selain itu Hindu menganggap hal penting yaitu Atman : roh yang abadi, Karmapala : buah dari setiap perbuatan, Purnabawa : kelahiran kembali jiwa. Tempat ibadah agama Hindu disebut pura. Masing masing pura memiliki sifat sendiri. Pura Besakih sifatnya umum untuk semua golonga, Pura Desa (kayangan tiga) khusus untuk kelompok sosial setempat, Sanggah khusus untuk leluhur. Tiap kawasan di Bali pasti memiliki Pura. Dan tentunya masing masing Pura memiliki makna filosofi sendiri. Juga perayaan tiap Pura berbeda sesuai tanggalan kalender Hindu – Jawa :


1) Tanggal Hindu
Tanggalan Hindu–Bali terdiri atas 12 bulan yang lamanya 355 hari. Sistem perhitungan dengan sistem Hindu disebut Syuklapaksa. Tahun baru Saka (Nyepi) jatuh pada tanggal satu bulan kesepuluh.

2) Tanggal Jawa–Bali
Tanggalan Jawa–Bali terdiri atas 30 wuku. Tiap wuku terdiri atas tujuh hari. Perayaan yang didasarkan atas perhitungan penanggalan Jawa-Bali misalnya hari raya Galungan dan Kuningan. Selain itu juga digunakan untuk upacara-upacara sebagai berikut.
a) Manusia yadnya, adalah upacara siklus hidup masa anak-anak sampai dewasa.
b) Dewa yadnya, adalah upacara pada kuil-kuil umum dan keluarga.
c) Resi yadnya, adalah upacara pentahbisan pendeta (mediksa).
d) Buta yadnya, adalah upacara untuk kala dan buta yaitu roh-roh penunggu.

G. Kesenian


            Sudah sangat mendunia bahwa Bali merupakan suatu kawasan yang tidak salah jika dikatakan lengkap. Berisi keragaman hayati, panorama yang memukau mata dunia, kearifan budaya lokal, serta tentu kesenian yang juga sudah diakui mata internasional. Berbicara kesenian Bali tidak akan pernah ada habisnya, karena banyak kesenian yang ada dimodifikasi oleh seniman seniman lokal Bali yang menambah ragam kesenian asli Bali. Seni lukis, seni pahat, seni gerabah, seni musik, seni tari. Pelukis ada Wayan Asta, Nyoman Daging, Gusti Ngurah Kwanji. Seni tari dari Bali yang sudah mendunia diantaranya tari Pendet oleh I Wayan Rindi pada 1967, tari Marga Pati oleh Nyoman Kaler pada 1942, tari Trunajaya oleh I Gede Manik. Serta tari Barong yang semua orang pasti sudah tau, menceritakan tentang kekuatan baik dan buruk yang disimbolkan dengan hewan hewan hutan.

1 komentar:

  1. Bagus nihh, Kebudayaan di Indoesia seperti nya harus tetap terjaga seperti salah satu nya di Bali ini


    http://www.marketingkita.com/2017/08/pengertian-pemasaran-dalam-ilmu-marketing.html

    BalasHapus

Next Prev
▲Top▲